Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Br Yan: Bagi Saya Tugas Selesai

Gunung Merapi bagi Bruder Yanuar Husada SSCC menyimpan kenangan tersendiri. "Feeling" Br Yan bahwa akan terjadi puncak letusan dahsyat

Editor: Tjatur Wisanggeni
zoom-in Br Yan: Bagi Saya Tugas Selesai
BANGKA POS/FENNIE
Bruder Yan 
Laporan Wartawan Bangka Pos, Fenny Y adie dan Agus Ismunarno

TRIBUNNEWS.COM, PANGKALPINANG -- Gunung Merapi bagi Bruder Yanuar Husada SSCC menyimpan kenangan tersendiri. "Feeling" Br Yan bahwa akan terjadi puncak letusan dahsyat antara tanggal 4 - 5 November 2010 sekitar tengah malam pun ternyata terjadi, walau sesungguhnya tidak kita inginkan. Bahkan, akhirnya radius daerah rawan pun diundurkan sampai dengan 20 km sebagaimana disampaikan Br Yan.

Ia kembali mengenang bahwa tanggal 26 Oktober 2010 dirinya tiba di Pulau Bangka. Br Yan mendengar kabar bahwa ada tsunami di Mentawai dan Gunung Merapi di Kota Yogyakarta mulai menunjukkan aktivitasnya.

"Saya masih tenang. Sekitar tanggal 1 November 2010 mulai ada titik terang; saya mulai merasa tidak tenang dan akhirnya melihat ribuan malaikat serta roh pelindung rakyat sekitar Merapi. Saya tiba-tiba tahu bahwa saya harus memberi kabar untuk menyelamatkan ribuan orang," ungkap.

Br Yan mengaku, secara emosional ia merasa berat sekali karena tidak ingin mencari nama. Dan sesungguhnya pengobatan yang dijalaninya selama ini tidak membutuhkan promosi lewat majalah ataupun koran.

"Saya menangis seorang diri dan itu tidak membantu. Siapa saya sehingga harus memberi kabar tentang ini. Akhirnya saya harus mengalahkan diri saya sendiri, memutuskan untuk memanggil teman-teman di Bangka Pos yang pasti ada hubungannya dengan pemerintah, masyarakat dan Kota Yogyakarta," tutur pria yang separuh lebih hidupnya ia abdikan di Pulau Bangka itu.

Puncak erupsi Merapi itu memang terjadi, kemudian mereda dan tenang pasca letusan besar 4-5 November 2010. "Puji syukur kepada Yang Maha Kuasa karena saya dipercaya dan telah membuat keputusan yang tepat saat itu. Melihat malaikat penjemput gembira dan makin mundur. Mereka yang melindungi dan mengasihi tidak akan mati. Bagi saya tugas selesai," lanjutnya.

Buat Br Yan, melihat malaikat atau nenek moyang sanak saudara yang sudah meninggal bukan hal yang baru. "Sudah biasa boleh melihat betapa indahnya orang yang harus pergi akan dijemput. Meninggal adalah indah bagi mereka yang selesai tugasnya. Saya juga tidak perlu (bertemu) secara fisik untuk mengetahui si sakit. Jarak bukan masalah buat saya. Ini semua biasa. Normal karena Allah Sang Pencipta membuat semuanya begitu. Tetapi tidak semua orang siap melihatnya sesudah umur tiga tahun," ungkap Br Yan.

Berita Rekomendasi

Lebih jauh ia menyatakan, semua proses yang dilalui dan karunia itu terjadi karena ia dipilih oleh nenek moyang, pelindung umat Allah sekitar Merapi tanpa membedakan agama, suku, umur, jenis kelamin.

"Kalau saya di tempat jauh, tinggal sendiri sebagai biarawan karena tugas saya mulai di sini. Tanpa saingan dari pihak saya. Mungkin karena itulah, semua terjadi pada saya," kata Br Yan. (*)

Sumber: Bangka Pos
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas