40 Penderita AIDS di Kota Tasikmalaya Meninggal
Selama kurun waktu tujuh tahun, sebanyak 40 penderita AIDS di Kota Tasikmalaya meninggal dunia.
Editor: Kisdiantoro
TRIBUNNEWS.COM, TASIKMALAYA - Selama kurun waktu tujuh tahun, sebanyak 40 penderita AIDS di Kota Tasikmalaya meninggal dunia. Mereka rata-rata berada di usia produktif dan tertular dari jarum suntik narkoba.
"Mereka terkena HIV/AIDS rata-rata akibat jarum suntik narkoba. Usianya pun tergolong produktif antara 20-19 tahun. Mereka tidak bertahan hidup dan akhirnya meninggal dunia, dengan jumlah mencapai 40 orang sejak tahun 2003," ungkap unsur KPA Kota Tasikmalaya, Isep Suhendar, di sela memperingati Hari AIDS se dunia di Bundaran Mesjid Agung, Rabu (1/12).
Aksi kemanusiaan di Bundaran Mesjid Agung itu juga diikuti oleh pelajar. Mereka membagi-bagikan selebaran berisi sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS berikut pencegahan dan penanggulangan sosialnya.
Menurut Isep, jumlah penderita penyakit yang menyerang kekebalan tubuh dan belum ada obatnya ini, tercatat sebanyak 231 orang. Mereka saat ini masih bisa melakukan aktivitas secara normal dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Namun kepada mereka, termasuk keluarganya, dicamkan hal-hal yang riskan.
"Ada pengaturannya agar tidak menular kepada yang sehat. Yang penting mereka kini bisa hidup di tengah masyarakat," ujar Isep, seraya menyebutkan, sekitar 80 persen penderita disebabkan oleh alat suntik narkoba. Sisanya adalah penganut free sex.
Di tempat sama, Wali Kota Tasikmalaya, Syarif Hidayat, menyatakan rasa turut prihatin dengan tingginya penderita HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya. "Pilar terdepan agar tidak terus meluas, adalah keluarga. Baik dalam upaya melakukan pencegahan maupun yang sudah terkena dan perlu penanggulangan yang baik," ujarnya.
Syarif berharap, keberadaan KPA Kota Tasikmalaya bisa terus meredam bertambahnya penderita HIV/AIDS. Pihak pemerintah juga akan terus mendukung langkah KPA, demi peningkatan harapan hidup masyarakat kota.
Isep menambahkan, keberadaan penderita ibarat fenomena gunung es. Yang terlihat hanya sedikit, sementara yang banyak malah tidak muncul. Karenanya, pihaknya terus membuka diri bagi warga yang beresiko untuk segera memeriksakan kesehatan tubuhnya. Kalau yang bersangkutan tidak diperiksa dan sebenarnya terinfeksi, maka akan makin banyak warga yang tertular.