Artefak Ngepringan yang tak Ternilai Harganya
Rongsokan jejak erupsi dahsyat Merapi yang tak ternilai harganya itu tidak berada di puncak gunung, tapi berada di tengah kota Yogyakarta
Editor: Gusti Sawabi
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Rongsokan mobil pikap berkarat
teronggok. Bagian knalpot dan mesin mobil tergeletak di atas abu
vulkanik yang cukup tebal. Di sekelilingnya, didapati beberapa batu
sebesar kepala kerbau.
Rongsokan jejak erupsi
dahsyat Merapi yang tak ternilai harganya itu tidak berada di radius 20
kilometer dari puncak gunung, tapi berada di tengah kota Yogyakarta
sejak 10 Desember 2010.
Bukan karena Kota
Gudeg sedang diserbu awan panas, tapi berbagai artefak korban wedhus
gembel (awan panas Merapi) memang sedang dipamerkan di Jogja Museum National (JMN), Jalan
Amri Yahya 1 Gampingan.
Selain rongsokan mobil,
beberapa artefak yang diambil dari dusun di tepi Kali Gendol itu adalah
bangkai sepeda motor, sepeda angin, puing atap rumah, sisa pintu,
blandar (ranagka kayu) dapur dan mebeler seperti dipan, kursi sudut dan lemari.
Perabotan dapur dan elektronik seperti televisi dan speaker turut
dipajang.
Semua artefak dipamerkan dalam kondisi
rusak parah seperti saat ditemukan kali pertama seusai erupsi Merapi.
"Semua artefak didatangkan dari Dukuh Ngepringan," kata Ketua Umum
Pameran Kolonel TNI AU (Purn) H.Totok Sudarto, Sabtu (11/10/2010).
Untuk
keperluan pengangkutan semua artefak dibutuhkan waktu lima hari
(5-10/12/2010). Artefak diangkut dengan lima truk, sedangkan batu, abu,
dan pasir dibawa tiga truk.
"Warga
gotong-royong mengumpulkan artefak yang sesuai untuk pameran. Bahkan
mereka menyediakan sendiri truknya dan tak mau dibayar," kata pria
berkepala plonthos sambil menunjukkan rekaman gotongroyong tersebut.
Soal re-imajinasi atau penataan ulang barang-barang tersebut dikatakan oleh Totok tidak sulit dilakukan.
"Sebelum
dipindah, barang-barang difoto. Dari foto tersebut dijadikan acuan
reimajinasi. Debu dan pasir ditebarkan sehingga memberi kesan asli,"
ujarnya.
Kurator pameran Kuss Indarto mengatakan, pameran tersebut untuk menggugah empati, baik pengunjung maupun korban Merapi.
Saat
acara pembukaan, Jumat (10/12/2010) malam, puluhan warga Dusun
Ngepringan terlihat hadir dan menyaksikan artefak dari bagian rumah
mereka yang dipajang.
Selain memajang artefak, di
tempat tersebut juga dipamerkan 469 lukisan karya perupa di Yogyakarta
dan kota lain di Jawa Tengah. Uang dari hasil penjualan penjualan
lukisan rencananya akan disumbangkan untuk warga di Ngepringan. (*)