Ini Penuturan Pembunuh Shelow: Jangan Difoto, Saya Malu
Sahar Nababan dan Kasma Manurung hanya karena sakit pada ibu korban.
Editor: Rachmat Hidayat
"Si Shelow datang sendiri ke rumahku, Minggu (17/2). Saat itu hujan, Shelow dan anak-anak lain di daerah itu memang sering bermain ke rumahku. Saat korban datang sendirian ke rumah aku, lalu langsung disekap dan dimasukan ke kolong tempat tidur," katanya.
Selama disekap korban tidak pernah dibawa keluar rumah. Hanya berada di bawah kolong tempat tidur tersangka. Tersangka mengetahui korban sudah tidak bernyawa lagi, Selasa (19/2) sore.
"Senin masih aku rasakan denyut nadinya, masih ada, dalam posisi kugendong saat kupegang lehernya masih ada denyut nadinya," ujarnya.
Santi mengaku sudah berencana memberi korban, Senin. Tetapi urung, karena ada sang suami. Dia menuturkan, suaminya sama sekali tidak mengetahui dirinya menyekap Shelow. Santi mengaku tak tahu kenapa korban bisa mengeluarkan darah.
Selasa Magrib, tersangka yang mengetahui korban telah meninggal langsung membawa mayat koban keluar dari rumah denga perlahan-lahan dan langsung membuang mayatnya di samping rumah.
"Saat itu aku cek lagi keadaannya, ternyata dia sudah mati. Saking gugupnya aku, kubuka semua ikatannya dan langsung kumasukan ke dalam goni dan kubuang ke belakang," ujarnya.
Tersangka mengaku tidak berniat membuang korban ke mana-mana. Karena tersangka tidak menyangka korban akan meninggal.
"Aku nekat meminta uang kepada keluarga korban karena aku memang butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupku sehari-hari. Awalnya aku minta 2 miliar, tetapi karena mereka tidak sanggup jadi 200 juta," jelasnya.
Rencananya uang tebusan tersebut diantar Rabu (20/2). Tetapi karena korban meninggal, transaksi tersebut batal.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Deliserdang AKBP Dicky Patrianegara mengatakan peristiwa sadis itu berawal saat korban dipanggil tersangka ke rumahnya. Akibat dendam pada ibu korban, mulut Shelow dilakban, kaki dan tangannya diikat, lalu dimasukan ke bawah kolong tempat tidur. Akibat tidak bisa bernafas, korbanpun tewas.
Mantan Kapolres Tapteng itu mengatakan tersangka yang mengetahui korban meninggal Senin (18/2), mulai panik. Dan lebih panik lagi ketika polisi menggunakan anjing pelacak, Selasa (19/2).
"Ketika kepolisian yang melakukan penyelidikan dengan menggunakan anjing pelacak, tersangka panik. Sehingga jasad korban dimasukkan ke karung dan dibuang di samping rumahnya. Lokasi penemuan korban dengan tempat tinggal tersangka itu tidak jauh, hanya berjarak dua meter saja," tutur Dicky.
Ia mengatakan tersangka memiliki beberapa nomor telepon, karena Santi menjual pulsa. Barang bukti seperti lakban untuk menyekap mulut korban ditemukan di asbes rumah tersangka.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.