Sarno: Saya Melihat Banyak Darah
Sarno melihat darah banyak keluar dari jalan lahir ketika mendampingi istrinya dalam perjalanan kembali dari lokasi operasi di RS Aghnisa, Tanjung
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Reporter Tribun Jogja, Hanan Wiyoko
TRIBUNJOGJA.COM, PURWOKERTO - Sarno (30), merasa kematian istrinya, Suparmi (27) yang meninggal usai dicaesar oleh Dokter Aditiyono SpOG ada kejanggalan. Ia berharap dengan mengadukan ke Polres Banyumas kasus dugaan malpraktik yang terjadi pada Senin (11/2/2013) lalu bisa diusut tuntas.
Ia mengatakan istrinya mengalami perdarahan hebat usai dioperasi. Sarno melihat darah banyak keluar dari jalan lahir ketika mendampingi istrinya dalam perjalanan kembali dari lokasi operasi di RS Aghnisa, Tanjung, Purwokerto Selatan ke Klinik Bersalin Mitra Ibu di Karangklesem, Purwokerto Selatan.
"Saya melihatnya kasihan, darahnya keluar banyak. Saya butuh waktu 1,5 jam untuk mencari empat kantung darah di PMI Banyumas. Di klinik itu tidak ada persediaan darah," lanjut Sarno.
Untuk penanganan, pasien Suparmi segera dilarikan ke RS Margono Soekarjo untuk operasi pengangkatan rahim. Namun saat dioperasi nyawanya tak tertolong.
Penasihat hukum keluarga korban, Djoko Susanto, mempertanyakan alasan dokter tak merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih besar dalam kondisi kritis. Pasien yang mengalami pre-eklamsia berat justru dirujuk dari Klinik Mitra Ibu ke RS Aghnisa.
"Harusnya dokter merujuknya ke RS Margono Soekarjo," kata Djoko.
Seperti diberitakan, pada Kamis (7/3/2013), Djoko Susanto melaporkan dugaan malpraktik ke Polres Banyumas. Dalam surat aduan, disebutkan pasien Suparmi (27), warga Desa Karangtalun, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah meninggal akibat perdarahan usai melahirkan anak pertamanya secara caesar di RS Aghisna, Purwokerto Selatan, Senin (11/2/2013) lalu.
Pasien merupakan rujukan dari klinik bersalin Mitra Ibu, Purwokerto Selatan dengan ditangani dokter Aditiyono SPoG.
Dokter terlapor malpraktik, Dokter Aditiyono pada Kamis sore sudah menjelaskan langkah dan kondisi medis pasien Suparmi saat dioperasi. Kata dia, pasien mengalami pre-eklamsia yang berisiko tinggi kematian dan sudah menjalani operasi dengan prosedur yang benar. Selain itu pasien juga diketahui sudah dua kali pernah keguguran. Dokter Adit juga membantah melakukan malpraktik.
Penasihat hukum klinik bersalin Mitra Ibu, Indardjo Hastha S, mengatakan pasien Suparmi dirujuk dari klinik Mitra Ibu ke RS Aghisna karena tak memungkinkan dilakukan caesar di Klinik Mitra Ibu. Selain itu, kata dia juga ada kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) antara klinik dan RS tersebut. (*)