'Juan Mungkin Telah Merasa Terancam Keselamatannya'
Keluarga dari Yohanes Juan Manbait, Gameliel Yermiyanto, dan Hendrik Angel Sahetapi,
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG -- Keluarga dari Yohanes Juan Manbait, Gameliel Yermiyanto, dan Hendrik Angel Sahetapi, tiga dari empat warga NTT yang tewas ditembak di sel tahanan Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta, meminta aparat penegak hukum memproses tuntas para pelaku penembakan.
Demikian disampaikan Albert Johanes, perwakilan keluarga Sahetapi, Nona keluarga korban Gameliel Yermiyanto, dan Yani, perwakilan keluarga Yohanes Juan Manbait, yang ditemui di rumah mereka masing-masing di Kota Kupang, Sabtu (23/3/2013) siang.
Yani, perwakilan keluarga Yohanes Juan Manbait, mengatakan bahwa sebelum ditemukan tewas bersimbah darah, Juan sempat mengirim SMS kepada adik kandungnya Gaspar yang sama-sama tinggal di Yogyakarta.
Isi SMS itu, tutur Yani, Juan minta maaf kepada Gaspar. "Dia mungkin sudah merasa bakal menghadapi kenyataan seperti ini," kata Yani yang ditemui di rumah duka di RT 10/RW 04, Kelurahan Oetete, Kota Kupang, Sabtu (23/3/2013) siang.
Yani mengaku Juan adalah sosok anggota polisi yang baik. Dia sering membantu warga NTT yang mengalami kesulitan ketika berada di Yogyakarta.
Terhadap kasus penembakan terhadap Juan dan tiga warga NTT lainnya, Yani menyatakan, keluarga meminta aparat penegak hukum memproses para pelaku hingga tuntas.
Ia mempertanyakan orang yang semestinya aman di sel tahanan lembaga permasyarakatan, tetapi malah tidak aman. Yani menyesalkan Juan dieksekusi seperti teroris. Padahal Juan adalah warga yang taat hukum.
Sementara itu, Albert Johanes, perwakilan keluarga Sahetapi yang ditemui di rumah duka di Bakunase, Kota Kupang, Sabtu siang mengatakan; "Anak kami terlibat dalam persoalan ini belum jelas. Pasalnya, belum ada satu kekuatan hukum yang tetap dan menyatakan bersalah. Selain itu, belum ada penyidikan dalam kasus ini. Kami minta proses hukum seadil-adilnya. Jenazah anak kami segera dipulangkan ke Kupang."
Albert mengatakan, seluruh keluarga sudah berkumpul di sini. Peristiwa ini terjadi mendadak dan keluarga sudah bergerak untuk mendengar berita dari kepolisian. "Sampai saat ini kami belum mendapat informasi yang jelas terkait informasi di sana (Yogyakarta). Kami hanya mendapat informasi dari SMS dan televisi. Informasi resmi dari aparat belum ada. Pak gubernur baru datang ke sini untuk menyampaikan turut berduka cita. Sampai saat ini belum ada kepastian kapan jenazah akan dipulangkan ke Kupang," kata Albert.
Ia menjelaskan, keterlibatan anaknya di kafe ( Hugos Cafe, Selasa 19/3/2013, Red), untuk kepentingan penyidikan. Penahanan di lapas sebagai tempat yang aman, tetapi justru tidak aman.
"Belum ada proses hukum yang menyatakan bersalah kok sudah diadili dengan kekerasan sampai meninggal di tempat yang seharusnya aman. Bila dalam proses hukum ternyata dia bersalah dan dihukum mati, kami tidak persoalkan," tegas Albert.
Albert mengatakan, keluarga menyesalkan korban yang ditahan di tempat yang aman, tetapi tidak aman. Untuk itulah, lanjut Albert, keluarga menginginkan agar aparat penegak hukum segera menuntaskan penanganannya.
Albert menjelaskan, Hendrik Angel Sahetapi terakhir bekerja di dalam Keraton Paku Alam. Hendrik sudah lama tinggal di Yogyakarta.
Sedangkan Nona, keluarga korban Gameliel Yermiyanto tak menyangka saudaranya meninggal dunia dengan kondisi seperti itu. Keluarga Gamelial yang tinggal di Labat, Kelurahan Bakunase 2, mengetahui tewasnya Gamelial dari siaran televisi.
Nona mengatakan, Gamelial bekerja di sebuah maskapai penerbangan di Yogyakarta sejak tahun 1999. Gamelial baru pulang ke Kupang tahun lalu. Keluarga tidak mendapatkan firasat kalau Gamelial meninggal dengan cara tragis, ditembak.
Pantauan Pos Kupang di tiga rumah duka, sanak keluarga korban sudah berkumpul di masing-masing rumah duka. Kursi dan atap terpal digelar bagi bagi para pelayat yang datang. (*)