Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Irawati Lompat ke Laut Lalu Tenggelam

Salah satu korban terparah pesawat Lion Air yang gagal mendarat adalah Irawati (62), istri mantan Wagub Sumsel Brigjen TNI (Purnawirawan) Thobroni HS.

Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Irawati Lompat ke Laut Lalu Tenggelam
BBM
Gambar pesawat Lion Air yang dikabarkan jatuh di Bali, Boeing 737-900 ER 

Istri Mantan Wagub Thobroni Korban Terparah Lion Air

TRIBUNNEWS.COM  BALI - TIDAK banyak yang tahu bahwa salah satu korban terparah pesawat Lion Air yang gagal mendarat adalah Irawati (62), istri mantan Wagub Sumsel Brigjen TNI (Purnawirawan) Thobroni HS. Mesipun kondisinya mulai membaik namun Irawati masih mengalami trauma mendalam atas peristiwa itu.

Senin (15/4) sore, perempuan yang dulu dikenal dengan berbagai aktivitas sosial itu, telah meninggalkan rumah sakit. Bersama suami dan anak sulungnya, Irawati akan kembali ke Bandung, salah satu kota yang secara bolak-balik dikunjunginya selain Palembang.
Informasi pulangnya Irawati diperoleh dari Humas RS Kasih Ibu Kuta, dr Agung Kusuma.

“Hingga hari ini, tinggal dua pasien yang dirawat. Satu penderita cedera di leher, dan satu lagi yang hidungnya patah. Ibu yang cedera leher, sudah pulang barusan. Sedangkan pasien patah hidung masih menunggu pemulihan,” ujar dr Agung kepada TRIBUNnews.com di depan meja informasi RS Kasih Ibu, Kedongan, di Jalan Uluwatu, Kuta, Bali, Senin (15/5) sekitar pukul 17.00 WITA.

Malam harinya, pukul 22.30 Tribun Sumsel berhasil mewawancarai Irawati secara eksklusif via telepon. Semula yang menyambut telepon adalah sang suami, wagub di masa Rosihan Arsyad. Tribun bermaksud mewawancarai Thobroni saja mengingat kondisi sang istri yang belum pulih benar. Namun dengan ramah, telepon pun diberikan kepada sang istri yang belum tidur. Padahal hari sudah cukup larut.

Dengan suara gemetar dan menahan tangis, Irawati menceritakan peristiwa itu secara runut kepada Tribun Sumsel. Berikut penuturannya,

Ceritanya hari Jumat itu saya masih di Palembang. Sabtu saya sudah janjian dengan anak, menantu, cucu yang tinggal di Kuala Lumpur untuk liburan ke Lombok. Kami janjian ketemu di Bandara Ngurah Rai. Saya dari Bandung take off pukul 12.30. Seharusnya jadwal pukul 12 tapi delay. Anak saya bilang Ma naik Lion yang ini saja. Pesawatnya baru. Jadi safe. Saya nurut saja.

BERITA TERKAIT

Saya duduk di kursi 6 C. Tapi, kemudian saya pindah ke 3 C karena kosong. Posisi 3 C itu dekat pintu masuk keluar. Atau dekat pintu ruang pilot. Sepanjang perjalanan selama 1,5 jam cuaca terang. Dua puluh menit sebelum landing, pilot sudah mengumumkan landing position. Tapi, 10 menit kemudian langit tiba-tiba gelap. Itu jam 3 kurang 5 menit.

Lima menit kemudian saat roda keluar saya pake safety belt tapi tidak saya pasang kencang. Pikir saya ah sudah mau landing. Tiba-tiba mesin bunyi dan goncangannya keras sekali. Darrrrrr! Begitu bunyinya. Saya pun terbanting tiga kali. Ke kiri, ke kanan dan ke depan. Semua penumpang panik. Air sudah di di jendela. Sementara di dalam air semata kaki. Pesawat terbelah dua.

Pramugari teriak-teriak ke penumpang. Ambil pelampung. Ambil pelampung. Tapi, karena panik saya gemetar. Saya minta tolong ke penumpang bapak-bapak untuk ambil pelampung saya. Lalu, pelampung itu dimasukkan ke badan saya. Tapi, karena panik saya tidak bisa meniup pelampung. Tidak sempat juga saya mengancingkan pelampung itu. Penumpang lain ibu-ibu di belakang saya minta tolong ke bapak itu.

Co pilot yang orang India itu keluar dari cockpit dan menyuruh penumpang untuk membuka pintu. Tapi, tidak ada yang mematuhi perintahnya. Lagi-lagi karena sudah panik semua. Akhirnya dengan tenaganya sendiri dia membuka pintu. Di luar ombak tinggi sementara daratan jauh. Kelihatannya saja 50 meter. tapi, lebih dari itu.

Pelampung saya ditiupkan oleh co pilot. Saya pun dipaksa untuk keluar dan melompat ke laut. Tapi, saya bilang saya tidak mau. Saya belum mau mati. Tapi, dia memaksa saya lompat supaya saya selamat. Akhirnya dengan menyerukan semua Asma Allah saya pun memberanikan diri untuk melompat ke laut yang sedang bergelombang.

Doa saya cuma satu tolong ya Allah pertemukan saya dengan anak, cucu, suami dan menantu. Sudah saya nekat saja lompat. Tapi, pelampung saya lepas karena tidak dikaitkan. Saya pun tidak tahu apa-apa lagi. Gelap semua. Rupanya tenggelam lalu timbul lagi permukaan laut. Saya pingsan.

Rupanya saya ditolong oleh polisi yang lagi patroli. Saya diangkat ke daratan lalu diberi pernapasan oleh polisi itu. Saya pun sadar. Saya menjerit Allahu Akbar. Polisi saya dengar sigap sekali segera minta minta kirim ambulans. Akhirnya saya dibawa ke Rumah Sakit Kasih Ibu.(domu/wen)

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas