Berlayar dengan Jukung Bugis Made in Bali
selain itu ia juga sama sekali tidak paham bahasa yang digunakan suku Bugis
"Tiga bulan itu kalau santai, ya kalau buru-buru bisa lebih cepat lagi, apa lagi kalau kita diberi kayu yang sudah kering, satu perahu bisa jadi dalam dua puluh lima hari," terang Awal.
Awal juga mengatakan bahwa untuk membuat perahu pihaknya tidak melaksanakan ritual khusus, maupun mendoakan perahu. Awal mengatakan keluarganya membuat perahu dengan perhitungan matang, sehingga bisa membawa keselamatan bagi nalayan yang menggunakannya.
"Apa lagi kalau perawatannya benar, perahu saya ini bisa bertahan sampai dua puluh tahun," jelasnya.
Untuk masalah harga kata Awal hal itu tergantung ukuran perahu. Awal mencontohkan untuk perahu dengan panjang 4,5 meter yang mampu menghadapi ombak setinggi dua meter dan menampung dua orang ia membandrolnya dengan harga Rp 4,5 juta. Ia mengaku modal untuk membuat perahu sepanjang 4,5 meter sekitar Rp 2,5 juta.
Keuntungan membuat perahu itu akan ia bagi dengan anggota keluarganya yang ikut memproduksi perahu.
Dalam satu tahun Awal dan Abdul bisa menerima sekitar dua belas permintaan pembuatan perahu dari nelayan-nelayan di Kabupaten Buleleng. Kata Awal keluarganya tidak menjadikan pembuatan perahu itu sebagai profesi utama.
Menurutnya ia dan sang ayah masih menjadikan profesi nelayan sebagai profesi utama, sedangkan kegiatan membuat perahu adalah profesi sampingan yang dikerjakan setiap tidak melaut.