Daya Tarik Keraton Kacirebonan Bukan Hanya Tari
Sultan Keraton Kacirebonan, Abdul Gani Natadiningrat, berharap pada 2015 Keraton Kacirebonan terbuka untuk wisata
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, CIREBON -- Sultan Keraton Kacirebonan, Abdul Gani Natadiningrat, berharap pada 2015 Keraton Kacirebonan terbuka untuk wisata, baik wisata budaya maupun wisata arkeologi alias situs-situs.
"Sekarang statusnya masih wisata tertutup," ujar Abdul Gani di sela-sela lomba jelajah situs budaya Cirebon di Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon, Minggu (19/5/2013) siang.
Abdul Gani mengatakan selama ini Keraton Cirebon hanya menampilkan wisata budaya melalui gelaran tari-tarian dan seni.
Menurut Abdul Gani, meskipun keunggulan Keraton Kacirebon adalah pada budaya dan seni tetapi banyak pula barang-barang peninggalan masa lalu yang ada di keraton itu. "Kami masih mengumpulkan peninggalan-peninggalan yang selama ini tercecer, diidentifikasi nama-namanya untuk nanti dipajang di museum," katanya.
Pihak keraton pun memajang dokumen, seperti foto Keraton Kacirebonan pada 1891. Menurut Abdul Gani, tren kunjungan wisatwan ke keraton-keraton di Cirebon, termasuk Keraton Kacirebonan semakin meningkat.
Dikatakan Abdul Gani, rata-rata 500 wisatawan mengunjungi Keraton Kacirebon setiap bulan. "Sebenarnya bulan ini ada kunjungan wisatawan yang menggunakan kapal pesiar tapi ditunda hingga Desember nanti," katanya. Sultan IX Keraton Kacirebonan ini keraton yang berdiri pada 1808 itu kian diminati wisatawan.
Pada Minggu (19/5/2013), Keraton Kacirebonan mengadakan lomba jelajah situs budaya Cirebon yang diikuti 400-an peserta. Mereka mengunjungi sejumlah bangunan peninggalan zaman dahulu seperti Gedung Negara, Gedung Balai Kota Cirebon, Pendopo Kabupaten Cirebon, Pelabuhan Kota Cirebon, Kelenteng Talang, dan tiga keraton.
Abdul Gani mengatakan kegiatan itu untuk memeringati hari jadi Keraton Kacirebonan yang merupakan pecahan dari Keraton Kanoman pada 13 Maret 1808. Pemerintahan kolonial Belanda mengakui keberadaan Keraton ini pada Mei setahun kemudian.
Lomba jelajah situs budaya digelar, kata Abdul Gani, untuk memperkenalkan sejarah dan budaya Cirebon kepada generasi muda apalagi pesertanya sebagian besar berasal dari kalangan siswa SMA dan SMP. Rangkaian acara memeringati hari jadi keraton ini juga diisi dengan Macaan, pembacaan Isra Mijrah memakai bahasa Cirebon.
Beberapa peserta lomba jelajah situs budaya Cirebon mengatakan kegiatan membantu mereka memahami sejarah. "Belajar sejarah jadi lebih gampang karena bisa lihat langsung apa yang ada di buku. Dengan cara ini jadi lebih mudah mengingat benda-benda bersejarah seperti Kereta Barong," ujar Eka (18).
Eka bersama rekan-rekannya dari Cabang Pramuka Saka Wana Bhakti, Kuningan, yang bergerak di bidang lingkungan dan kehutanan. Bersama Jajang (15) dan Her (17), Eka mengatakan menyukai pengenalan sejarah yang dikemas dalam bentuk berwisata. Tahun lalu, mereka mengikuti Giri Wanareli alias jelajah hutan Kawah Putih, Kabupaten Bandung. (tom)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.