Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Golput Pilgub Lampung Diprediksi Capai 30 Persen

Ini merujuk angka golput dalam beberapa momen pemilihan terakhir di Lampung dan daerah-daerah lainnya

zoom-in Golput Pilgub Lampung Diprediksi Capai 30 Persen
Ilustrasi golput 

TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Angka pemilih yang tak menggunakan hak suara atau biasa disebut golongan putih (golput) dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung diperkirakan masih berkisar 30-an persen, bahkan bisa lebih. Ini merujuk angka golput dalam beberapa momen pemilihan terakhir di Lampung dan daerah-daerah lainnya.

Demikian diungkapkan pengamat politik dari Universitas Lampung Robi Cahyadi, Selasa (21/5/2013). "Jumlah golput di Lampung masih dalam kisaran 30-35 persen," katanya.

Robi mengungkapkan, salah satu rujukan angka golput Pilgub Lampung yang masih berkisar 30-an persen adalah Pilgub Lampung 2008. Dalam pilgub yang dimenangkan Sjachroedin ZP-Joko Umar Said itu, angka golput mencapai 30 persen. Bahkan dalam Pilkada Bandar Lampung 2010, sambung dia, golputnya mencapai 40 persen.

"Perkiraan golput 30-35 persen dalam Pilgub Lampung masih dalam tataran standar jika dibandingkan dengan Pilgub Jawa Tengah dan Sumatera Utara yang masing-masing mencapai 47 persen dan 50 persen," ujar dosen FISIP ini.

Golput yang berkisar 30-35 persen pun, menurut Robi, merupakan angka golput rata-rata untuk momen-momen pemilihan politik di Indonesia.

"Dalam Pilpres 2009 juga angka golput mencapai sekitar 28 persen," katanya.

Kendati masih standar, tetapi Robi menilai, angka golput yang mencapai 30 persen tidak bisa dianggap sepele.

Berita Rekomendasi

Terlebih jika angka golput ternyata melebihi suara pemenang pemilihan.

"Angka golput benar-benar berbahaya jika sudah mencapai 50 persen atau melebihi jumlah suara pemenang pemilihan. Kalau sudah mencapai angka demikian, berarti sudah benar-benar menghawatirkan," ujar alumnus FISIP Universitas Padjajaran ini.

Apabila angka golput melebihi suara pemenang, Robi menilai, setidaknya ada tiga faktor yang memengaruhi.

"Bisa karena masyarakat memang sudah tidak percaya lagi dengan pemilu, calon yang muncul tidak kredibel, atau sistem pemilihannya yang salah," katanya.

Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas