5 Siswi Adukan Kepala SMKN 4 Bandung
Lima siswi SMK Negeri 4 Kota Bandung diduga mengalami pelecehan seksual oleh kepala sekolahnya
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Lima siswi SMK Negeri 4 Kota Bandung diduga mengalami pelecehan seksual oleh kepala sekolahnya, Asep Dada Wahyudin. Mereka pun mengadu kepada Pemerintah Kota Bandung, Senin (3/6/2014).
Kelima siswi yang telah membuat pernyataan secara tertulis itu adalah AL (17), M (16), CD (17), NS (16), dan NN (17). Dalam lembar pernyataan yang ditandatangani langsung, mereka mengaku mendapat perlakuan tidak sononoh dari Kepala SMK 4.
"Kami kemari ingin melaporkan kejadian pelecehan ini kepada Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda. Ini telah mencoreng nama Kota Bandung sebagai kota agamis dan mencoreng dunia pendidikan. Seharusnya kepala sekolah menjadi seorang teladan bagi muridnya," ucap Wakil Ketua Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI), Sunatra, saat mendampingi orang tua dan tiga siswi korban pelecehan di Kantor Wakil Wali Kota Bandung.
Pelecehan itu diperkirakan berlangsung sejak Mei 2012 sampai awal tahun 2013. Kasus pelecehan mulai terendus oleh guru dan komite sekolah setelah ramai dibicarkan siswa di media sosial, seperti Twitter dan Facebook, beberapa waktu lalu. Dua di antara pelapor masih duduk di kelas X, sedangkan seorang lagi baru lulus UN sehingga berani melapor.
AL menuturkan bentuk pelecehan seksual yang diterima dirinya beragam, mulai dipeluk, dicium, hingga diraba-raba oleh sang kepala sekolah.
Pelecehan seksual yang dialaminya itu terjadi di ruangan kerja kepsek dan di luar sekolah. "Saya pernah dibawa ke tempat karaoke di kawasan Pelajar Pejuang. Di dalam sana saya dipeluk, diraba-raba sama dicium-cium," tutur AL.
Setelah kejadian pelecehan itu, sang kepala sekolah memintanya agar tidak menceritakan kejadian tersebut. AL takut mau melapor karena takut tidak lulus. Namun kini, setelah lulus sekolah, ia berani melapor.
Ibu kandung AL mengaku tahu anaknya menjadi korban pelecehan seksual justru dari wali kelas anaknya. "Anak saya tak melapor mungkin takut, tapi ketika ditanyakan akhirnya mengaku jadi korban," ujarnya.
Korban lainnya, M (16), mengaku dilecehkan ketika ulang tahun pada September 2012. "Ketika itu dipanggil ke ruangan, saya diberi uang Rp 100 ribu sebagai kado," ujar M.
M semula menolak pemberian uang itu. Tapi kepala sekolah memaksa dan bilang ikhlas. "Saya ikhlas, sebagai hadiah ulang tahun," ujar M menirukan ucapan kepala sekolah.
M pun akhirnya menerima pemberian uang dan pamit pulang. Namun saat akan keluar pintu, ia dipanggil kembali dan kepsek memintanya untuk mencium. "Saya kira hanya cium tangan, tapi malah menarik dan menciumi pipi, kening, dan nyaris ke bibir," ujar M.
M pun langsung berontak dan lari keluar. Setelah kejadian ia tak lapor karena takut tapi curhat kepada sahabatnya. "Saya baru berani lapor setelah teman-teman jadi korban dan didukung guru- guru," ujar M.
N mengaku dicium ketika mengajukan proposal untuk lomba angklung. "Bapak Kepala Sekolah ngasih Rp 300 ribu uang proposal untuk kegiatan lomba anglung membeli make up, tapi saat akan keluar memeluk dan mencium pipi dan kening," ujar N. N mengaku takut dan trauma dengan kejadian tersebut, tapi takut untuk melapor.
Panggil Kepsek