Jalur Selatan SoE Lumpuh Total
Hujan lebat selama dua pekan terakhir selain menimbulkan bencana banjir, juga memicu longsor pada ruas jalan
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Pos Kupang, Thomas Duran
TRIBUNNEWS.COM, SOE--Hujan lebat selama dua pekan terakhir selain menimbulkan bencana banjir, juga memicu longsor pada ruas jalan negara di Nob-Nob, Desa Oetuke, Kecamatan Kolbano-TTS. Proyek yang baru selesai dikerjakan tahun 2012 dengan dana APBNP senilai puluhan miliar itu ambruk diterjang longsor sekitar satu kilometer lebih. Longsor tersebut mengakibatkan arus transportasi di wilayah selatan menuju SoE dan Kupang lumpuh total.
Pantauan Pos Kupang, Kamis (27/6/2013), akibat longsoran itu sebuah deker ambruk, juga jalan sepajang kurang lebih satu kilometer tertimbun longsor. Tanah di lokasi longsoran itu masih terus bergerak turun dari tebing bagian kiri dan menutupi badan jalan disertai air yang terus mengalir melintasi badan jalan.
Material longsor yang tertumpuk sepanjang jalam itu diperkirakan dengan ketebalan lebih dari satu meter, hingga sulit dilintasi kendaraan.
Sementara persis di bagian tanjakan, longsor terjadi di sisi kiri jalan yang berhubungan langsung dengan pesisir pantai. Pada titik tersebut, lempengan butas berhamburan bercampur lumpur.
Marten L Tanaem bersama istri, Sofi Kause, dan kedua putra mereka Edison Tanaem, Robison Tanaem saat ditemui di lokasi bencana, menuturkan, longsoran itu terjadi pada hari Jumat tanggal 21 Juni 2013 pagi.
"Sepajang ruas jalan ini ada 6 titik longsor, namun yang paling parah adalah di Nob-Nob. Sejak terjadi longsor transportasi macet total. Kami mau ke Kolbano atau ke SoE dan Kupang harus berjalan kaki belasan kilometer untuk mendapatkan angkutan," kata Edison.
Edison berharap agar pemerintah segara memperbaiki longsoran ini agar transportasi kembali normal. "Kami sudah senang bisa menikmati ruas jalan ini, namun baru enam bulan rusak parah akibat longsor. Kami mohon perhatian dan penanganan serius dari pemerintah agar longsor tidak terjadi kembali pada tahun- tahun mendatang," katanya.
Ketua DPRD TTS, Eldat Nenabu, S.H, meminta Pemda TTS harus sigap menanggapi bencana tanah longsor tersebut dengan mencari jalan alternatif agar masyarakat bisa keluar dari keterisolasian. "Nob-Nob itu sering terjadi longsor. Untuk itu Pemda TTS jangan menutup mata dan harus mencari jalan alternatif agar transportasi bagi masyarakat di wilayah selatan tidak macet. Pemerintah jangan berpikir jalan status jalan negaranya, tetapi harus berpikir tentang masyarakat TTS selaku pengguna jalan itu," tegas Nenabu.
Selain itu, Nenabu juga meminta agar bupati melalui para camat melakukan pengawasan terhadap penebangan dan perusakan hutan oleh masyarakat. *
Ternyata Parah
DIREKTUR PT Nanda Karya Putra Pratama, Charles Angkiriwang, selaku kontrator ketika dikonfirmasi melalui ponselnya, Jumat (28/6/2013), mengakui proyek yang benilai puluhan miliar tersebut baru selesai dikerjakan akhir tahun 2012 dan baru melakukan PHO pada akhir Desember 2012.
Pada saat terjadi longsor, lanjut Charles, dirinya langsung ke lokasi bencana untuk melihat kondisi riil di lapangan dan tenyata sangat parah dan sulit diatasi secara darurat.
"Saat itu juga saya langsung meminta surat pernyataan bencana alam dari bupati. Surat itu saya sudah kirim ke pusat dan sementara menunggu jawaban untuk penanganannya," katanya. *