Penjual Bubur Sempat Khawatir Dikira Sombong saat Kembalikan BLSM
Dia mengaku terkejut saat Minggu (30/6/2013) lalu, petugas dari Kantor Pos Wates mendatangi rumahnya
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Singgih Wahyu Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Sebanyak 14 warga dari tiga kecamatan di Kulonprogo kembalikan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) kepada kantor kecamatan setempat. Langkah itu dilakukan karena mereka merasa tidak berhak menerima kompensasi pengurangan subsidi BBM lewat Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang pada dasarnya ditujukan bagi kalangan tidak mampu.
Berdasarkan pantauan Tribun Jogja (Tribunnews.com Network), sembilan warga yang mengembalikan KPS berasal dari wilayah Kecamatan Lendah dan empat warga dari Kecamatan Wates. Informasi dari pihak Kantor Pos Pengasih, seorang warga penerima BLSM dari Pengasih juga mengembalikan KPS-nya pada akhir pekan kemarin.
"Sempat khawatir dibilang sombong juga tapi akhirnya saya putuskan untuk mengembalikannya. Sebenarnya mungkin ada yang lebih membutuhkan daripada saya. Sepengetahuan saya, ada tetangga yang kurang mampu tapi ternyata tidak terdaftar jadi penerima BLSM," kata Saptono, seorang penjual bubur kacang ijo yang mengembalikan KPS ke kantor kelurahan Wates, Selasa (2/7/2013).
Dia mengaku terkejut saat Minggu (30/6/2013) lalu, petugas dari Kantor Pos Wates mendatangi rumahnya dan memberitahu bahwa dirinya menjadi warga penerima BLSM. Padahal, sebelumnya Saptono merasa tak pernah mendapatkan bantuan-bantuan sosial serupa. Bahkan, selama ini dia juga tak terdaftar sebagai penerima beras untuk rakyat miskin (raskin).
"Begitu menerima kartu itu, saya pikir ini salah sasaran atau gimana. Dulu memang pernah didata tapi saya nggak tahu untuk apa. Raskin juga nggak pernah dapet," imbuhnya.
Terkait hal itu, Kasi Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Wates, Tri Waluyo mengatakan, hingga Selasa, sudah ada empat warga yang dengan kesadaran sendiri mengembalikan KPS kepada pihak kelurahan. Sebagian besar warga tersebut menurutnya berprofesi sebagai pedagang dan pensiunan.
Masing-masing merasa sudah cukup mampu kehidupan ekonominya dan beralasan ada warga lain yang lebih membutuhkan bantuan tersebut dibandingkan mereka.