Aburizal Bakrie Bicara Energi dan Lingkungan Hidup di Samarinda
Ical, sapaan akrab Aburizal Bakrie mengatakan, tantangan Indonesia ke depan yakni memenuhi kebutuhan pangan, keamanan energi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Tribun Kaltim, Rafan A Dwinanto
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Energi dan lingkungan bisa berjalan selaras selama dikelola dengan baik dan bijaksana. Demikian diungkapkan Ketua Umum DPP Golkar Aburizal Bakrie, saat berdialog di Universitas Mulawarman (Unmul), Sabtu (6/7/2013).
Ical, sapaan akrab Aburizal Bakrie mengatakan, tantangan Indonesia ke depan yakni memenuhi kebutuhan pangan, keamanan energi, dan lingkungan hidup. "Karena kecepatan ketersediaan pangan dan energi diperkirakan lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan penduduk," kata Ical.
Terlebih untuk energi yang tak terbarukan seperti batubara dan migas. Dengan tingkat produksi seperti saat ini, minyak bumi diperkirakan habis 10 tahun lagi. Sedangkan gas masih bertahan untuk 30 tahun, dan batubara sedikit lebih lama yakni 50 tahun.
"Upaya meningkatkan produksi terhambat pada tingginya biaya eksplorasi, dan insentif investasi yang tak menarik bagi investor,"
urai Ical.
SDA, dan lingkungan hidup, kata Ical, memiliki peran ganda yakni sebagai modal pembangunan dan penopang kehidupan. "Saya kira kalau penggalian batubara dilakukan orang tak bertanggung jawab lingkungan akan rusak. Tapi kalau dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, pasti mereka akan menanam kembali," kata Ical, saat disinggung kondisi lingkungan Kaltim yang porak- poranda akibat eksploitasi batubara.
Selain itu, diperlukan konsep dan strategi pembangunan ekonomi pasca tambang. "Untuk memenuhi regenerasi pasca tambang, pembangunan masyarakat lokal harus dibangun, meminimalisir dampak penambangan terhadap kualitas sumber daya tanah, dan air," bebernya.
Rencana pembangunan oleh pemerintah daerah yang tidak terarah, juga disebut Ical membuat daerah penghasil kerap tidak mendapatkan apa-apa dari hasil buminya. Ini diungkapkan Ical mengomentari kondisi energi di Kutim, dimana perusahaan batubara raksasa milik groupnya beroperasi di sana.
"Soal energi, ya kalau belum bisa dipakai sendiri terpaksa diekspor. tapi kalau sudah bisa digunakan di dalam negeri, tentu harus diprioritaskan pasokannya. Dalam produksi batubara, tentu harus menguntungkan daerah penghasil. Pemerintah daerah misalnya, harus membangun pembangkit listrik tenaga batubara dan menyiapkan distribusinya, agar hasil batubara itu dirasakan masyarakat," sebutnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.