Korban Gempa Aceh Menangis di Pelukan SBY
Suasana haru menyelimuti tenda pengungsi korban gempa di Desa Kute Gelime, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Selasa (9/7) siang.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, TAKENGON - Suasana haru menyelimuti tenda pengungsi korban gempa di Desa Kute Gelime, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Selasa (9/7) siang.
Seorang ibu menangis histeris sambil memeluk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kepada SBY, sang ibu melaporkan derita yang dialaminya pascagempa 6,2 SR yang meluluhlantakkan Gayo pada 2 Juli 2013.
“Suami dan anak saya belum ditemukan Pak. Tolonglah Pak, temukan orang-orang yang saya cintai itu,” ujar perempuan bernama Nuraini (35) sambil terus menangis di pelukan SBY. Ny Ani Yudhoyono yang duduk di sampingnya, berusaha menenangkan.
Gubernur Aceh, Zaini Abdullah yang mendampingi Presiden terlihat larut dalam duka. Suasana mengharukan di bawah tenda pengungsi di Desa Kute Gelime tersebut merupakan rangkaian dari pertemuan Presiden SBY didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dengan korban gempa Gayo (Aceh Tengah dan Bener Meriah).
Pertemuan itu sendiri--termasuk peninjauan ke sejumlah tenda pengungsi lainnya--berlangsung sekitar 45 menit terhitung sejak ketibaan SBY sekitar pukul 10.14 WIB.
Pantauan Serambi, sejak pukul 07.00 WIB, Selasa (9/7) ribuan pengungsi sudah berkumpul di tenda yang didirikan di lapangan Desa Kute Gelime, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah. Bukan hanya korban bencana dari desa setempat, tetapi juga desa tetangga seperti Blang Mancung, Bah, dan Serempah. Bahkan, korban gempa dari Kabupaten Bener Meriah juga hadir.
Masyarakat korban gempa tersebut dikumpulkan di tenda itu untuk menunggu kedatangan Presiden SBY. Semula, SBY dijadwalkan tiba Senin (8/7) namun ditunda ke hari Selasa (9/7).
Pagi kemarin, Presiden SBY dan rombongan terbang dengan pesawat khusus dari Bandara Halim Jakarta ke Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe. Selanjutnya, dengan menggunakan helikopter TNI-AD, SBY bersama Ny Ani Yudhoyono dan beberapa pejabat tinggi lainnya terbang ke zona bencana di Aceh Tengah dan mendarat di heliped di Simpang Rajawali, berjarak sekitar dua kilometer dari lokasi pengungsi.
Sejak turun dari helikopter, SBY disambut dengan pengawalan ketat. Ratusan aparat keamanan bertugas di sepanjang lintasan yang dilewati SBY. Meski pertemuan berlangsung di luar ruangan, lokasi masuk juga dijaga ketat. Setiap tamu dan peserta pertemuan diperiksa dengan metal detektor.
Saat tiba di tenda pertama, langsung saja SBY disambut isak tangis dan curhat korban bencana, terutama kaum ibu. Bahkan, seorang ibu bernama Nuraini menangis histeris sambil memeluk SBY.
Nuraini menceritakan suaminya yang belum ditemukan karena tertimbun longsor. Refleksi duka juga disuarakan oleh korban bencana dengan untaian puisi, seperti puisi derita bencana oleh Kamaludin, siswa MTsN Blang Mancung. Puisi serupa juga dibacakan Erna Putri dan seniman Gayo, LK Ara.
Ada juga Zubaidah yang menyampaikan secarik surat duka. “Rumah kami rusak, desa kami hancur, hidup kami menderita. Tolong kami, bangun rumah-rumah untuk menempuh masa depan,” demikian antara lain isi surat Zuraidah, korban bencana dari Desa Serempah.
Setelah sekira 45 menit larut dalam suasana duka bersama korban bencana, SBY dan rombongan terbang kembali dengan helikopter TNI-AD dan mendarat mulus di kompleks PT Arun sekitar pukul 11.35 WIB.
SBY bermalam di Lhokseumawe setelah terlebih dahulu shalat tarawih di Masjid PT Arun. Hari ini, Kepala Negara dijadwalkan kembali ke Jakarta.(gun/ib/nas)