Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BLSM Warga Desa Loktamu Banjar 'Disunat' Pak RT Rp 25 Ribu

Perempuan lima anak itu mengaku jatah BLSM-nya diambilkan oleh sang Ketua RT, Wahono.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in BLSM Warga Desa Loktamu Banjar 'Disunat' Pak RT Rp 25 Ribu
/SERAMBI/BUDI FATRIA
Penyaluran BLSM - Warga mengantre untuk mengambil dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) di Kantor Pos Pembantu, Lambaro, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Kamis (27/6). (SERAMBI/BUDI FATRIA) 

TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Di tengah kekacauan penyaluran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) karena banyak warga tidak mampu yang tidak memperoleh BLSM, ada ketua rukun tetangga (RT) yang diduga melakukan pemotongan dana tersebut. Kabarnya, dia meminta jatah dari dana BLSM yang diterima warganya.

Setidaknya ‘penyunatan’ itu dialami penerima BLSM di di Desa Loktamu, Kecamatan Mataraman, Banjar. Salah satu diantaranya adalah Bainah (40). Warga Haur Kuning RT 3 Desa Loktamu itu mengaku tidak menerima utuh dana BLSM tahap pertama ini.

"Saya cuma terima Rp 270 ribu. Yang Rp 30 ribu diminta ketua RT. Saya terima uang itu bersama kartu perlindungan sosial (KPS)," ucap dia.

Perempuan lima anak itu mengaku jatah BLSM-nya diambilkan oleh sang Ketua RT, Wahono. "Dia yang berinisiatif mengambilkan. Sekitar seminggu yang lalu diberikan ke saya, tetapi cuma Rp 270 ribu. Ketua RT bilang ongkos mengambilkan sebesar Rp 25 ribu. Tetapi saat saya kasih Rp 100 ribu, hanya dikembalikan Rp 70 ribu. Alasannya tidak ada uang kembaliannya. Terpaksa saya berikan," ujar Bainah kepada Banjarmasin Post (Tribunnews.com Network), kemarin.

Bagi sebagian orang Rp 30 ribu terbilang kecil, namun lain untuk Bainah. Uang itu dapat digunakan untuk memberi makan anak-anak dan suami Bainah yang hanya bisa terbaring karena sakit.

"Sejak tujuh tahun lalu, suami saya cuma bisa berbaring. Jadi saya yang harus cari uang. Selama ini saya cuma buruh menoreh pohon karet. Yang saya heran, saya yang miskin seperti ini masih tega dimintai dana BLSM oleh Ketua RT," ucapnya.

Nasib serupa dialami kakak Bainah, Sainah (50) yang tinggal di RT yang sama. "Alasan Pak RT, katanya untuk ongkos mengambilkan. Padahal yang nyuruh mengambilkan siapa? Kalau saya diminta mengambil di kantor pos, pasti datang.

Berita Rekomendasi

Karena tak ada pemberitahuan, ya saya diam saja. Tiba-tiba ada Pak RT memberi duit BLSM dan meminta Rp 25 ribu," kata perempuan kurus berkulit legam itu.

Sainah pun mengatakan, usai meminta jatah BLSM, Wahono berpesan agar hal itu dirahasiakan. "Pak RT menyuruh saya tidak ngomong ke siapa-siapa. Diam-diam saja pokoknya," ucapnya.

Saat dikonfirmasi, Wahono tak menampik. "Iya, saya memang meminta tapi tidak memaksa. Saya juga tak meminta sebesar yang mereka bilang," ucap dia.

Wahono menegaskan cuma meminta Rp 15 ribu kepada masing-masing penerima BLSM. Kalaupun sampai Rp 25 sampai 30 ribu, itu karena pemberian warga.

"Uang itu untuk membeli materai dan ongkos untuk surat kuasa. Surat kuasa itu menjadi dasar saya untuk mengambil BLSM di kantor pos," tegasnya.

Mengenai kabar pengambilan itu inisiatif sepihak dirinya, Wahono membantah. Dia mengaku sudah menemui 11 RTS di wilayahnya. Bahkan, dia pun meminta tanda tangan mereka untuk surat kuasa pengambilan BLSM.

Pembakal Loktamu, Dede Sudiyana mengaku sudah mendapat laporan dari Wahono. Pada laporan itu Wahono mengaku meminta jatah karena mengambilkan BLSM.

"Memang saya tahu di kantor pos tidak boleh mengambil menggunakan surat kuasa. Harus langsung oleh orangnya. Tapi Alhamdulillah, petugas kantor pos di tempat kami baik, jadi diizinkan," kata dia.

Saat diberitahu tentang pengakuan warga yang tidak pernah ditemui atau menandatangani surat kuasa untuk mengambil BLSM, Dede langsung terkejut.

"Wah, akan saya cek lagi. Ketua RT tidak cerita seperti itu ke saya. Saya akan cek dan cari tahu kejadian sebenarnya," ucapnya.

Hal senada diungkapkan Camat Mataraman, Harun Arrasyid. Dia mengaku tak tahu menahu mengenai sejumlah dana yang diminta ketua RT kepada penerima BLSM.

"Saya baru tahu ini. Saya akan cek dulu. Kalau benar, akan saya tegur," ucapnya.

Kejengkelan terhadap tindakan Wahono (kabarnya kasus serupa juga terjadi di dua RT lainnya), dilontarkan tokoh masyarakat di desa itu, Jianto (60).

"Tak hanya saya, warga lainnya juga marah. Bagaimana ini kok bisa seperti itu. Saya akan kumpulkan warga untuk membahas masalah ini," kata dia.

Hal senada diungkapkan Karyono. "Kok tega-teganya meminta jatah BLSM. Di mana hati nurani Pak RT itu. Semula saat mendengar kabar itu saya tidak percaya, tetapi warga banyak yang mengaku, saya baru percaya. Sungguh keterlaluan dia," ucapnya. (nic)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas