Pelabuhan Bakauheni-Terminal Rajabasa 3,5 Jam
Di Laut, waktu tempuh penyeberangan Selat Sunda dari Pelabuhan Merak sampai Pelabuhan Bakauheni mencapai 4,5 jam.
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Reporter Tribun Lampung Ridwan Hardiansyah
TRIBUNNEWS.COM KAMOUNG - Menikmati mudik yang nyaman saat melalui Lampung, sepertinya pada tahun ini tetap sebatas mimpi. Sejumlah masalah pada infrastruktur transportasi sangat potensial mengganggu perjalanan para pemudik ke kampung halaman.
Tribun Lampung yang menyusuri rute jalur laut dan darat pada Kamis (18/7/2013) hingga Jumat (19/7/2013), mulai dari Pelabuhan Merak hingga Tugu Radin Inten, Bandar Lampung, menemukan potensi-potensi gangguan tersebut.
Di Laut, waktu tempuh penyeberangan Selat Sunda dari Pelabuhan Merak sampai Pelabuhan Bakauheni mencapai 4,5 jam. Padahal, waktu tempuh normal hanya berkisar 2,5-3 jam.
Sementara di darat, perjalanan dengan bus dari Pelabuhan Bakauheni sampai Terminal Rajabasa ditempuh selama 3,5 jam. Lebih lambat sekitar satu jam dari waktu tempuh normal 2,5 jam.
Yang perlu digarisbawahi, perjalanan ini dilakukan sekitar dua pekan sebelum arus mudik berlangsung. Dengan kata lain, pada arus mudik di mana volume kendaraan dan mobilitas manusia meningkat drastis, waktu tempuh sangat mungkin akan lebih panjang.
Data Dinas Perhubungan (Dishub) Lampung menyebutkan, lalu lintas harian rata-rata (LHR) kendaraan bermotor (ranmor) yang melewati jalur lintas tengah (jalinteng) pada hari biasa sebanyak 9.000 unit pada 2011 dan 11 ribu unit pada 2012. Sementara pada puncak arus mudik, LHR jalinteng mencapai 16 ribu unit pada 2011 dan 22 ribu unit pada 2012.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bina Sarana Operasi Transportasi (BSOT) Dishub Lampung Rachmat Susilo menerangkan, jumlah LHR merupakan jumlah ranmor penumpang yang melintas. "Jenis kendaraannya macam-macam. Kami menggunakan satuan mobil penumpang (SMP). Survei kami lakukan di sekitar Pantai Pasir Putih (Lampung Selatan)," kata Rachmat, Jumat (19/7/2013).
Potensi Gangguan
Potensi gangguan perjalanan darat berupa kemacetan terdapat di Jalan Soekarno-Hatta (Bypass) yang masih dalam perbaikan. Asisten Bidang Perencanaan Satuan Kerja Nonvertikal Tertentu (SNVT) Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan (P2JJ) Novi Winarni mengatakan, proyek peningkatan dan pelebaran Jalan Soekarno-Hatta baru akan berakhir pada Oktober 2013. Jalan Soekarno-Hatta, yang sebelumnya memiliki dua jalur dengan dua lajur, akan diubah menjadi dua jalur empat lajur.
Dalam pantauan Tribun, Jalan Soekarno-Hatta telah diperbaiki dan dilebarkan pada mayoritas ruas sepanjang 18,1 kilometer (km) itu. Meskipun demikian, beberapa titik, khususnya ruas yang dilebarkan, belum sepenuhnya dilapisi aspal. Hal itu menyebabkan terjadinya penyempitan (bottle neck) di titik-titik tersebut.
Penyempitan di Simpang Empat
Penyempitan jalan juga terjadi di enam simpang empat dan satu jembatan sepanjang Jalan Soekarno-Hatta. Novi mengungkapkan, khusus di persimpangan, jalan akan dilapisi beton. Hal itu karena beban jalan di persimpangan lebih besar akibat ranmor yang berhenti saat bertemu lampu lalu lintas.