Mentan Yakin Harga Kedelai Bakal Turun Kembali
Dibukanya kran impor hingga depresiasi nilai tukar rupiah menjadi pemicu naiknya harga kedelai.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM PALEMBANG - Dibukanya kran impor hingga depresiasi nilai tukar rupiah menjadi pemicu naiknya harga kedelai. Kondisi diperparah dengan minimnya lahan produksi kedelai makin membuat harga kedelai terpuruk. Kondisi ini yang memacu naiknya harga kedelai di pasaran.
Menteri Pertanian RI, Suswono saat berada di Palembang, Rabu (11/9/2013) mengungkapkan, sebenarnya harga jual kedelai bisa kembali normal, jika pemerintah melalui Menteri Perdagangan mendistribusikan stok kedelai yang saat ini capai 300 ribu ton ke pasaran. Dengan ini, artinya ketersediaan di pasaran akan berlimpah sehingga harga bisa ditekan. Meski belum bisa normal langsung, namun paling tidak mampu menekan kenaikan harga.
"Kemarin Menperindag bilang sudah stok kedelai. Jika ini sudah didistribusikan stok akan banyak, paling tidak harga bisa ditekan, jadi tidak usah menunggu lama, harga kedelai pasti akan stabil," katanya usai menghadiri seminar nasional Palm Oil di Hotel Novotel Palembang.
Untuk membuat harga kedelai lebih stabil lagi, pemerintah paling tidak membutuhkan lahan baru untuk penanaman kedelai hingga 500 ribu hektar, dengan begini ketersediaan stok kedelai menjadi lebih banyak.
Diakui Suswono, meningkatkan harga kedelai, salah satunya karena ketersediaan stok kedelai di pasaran minim, sementara konsumsi tinggi ditambah dibukanya kran impor. Kondisi ini tidak diimbangi dengan produksi yang tinggi. Banyak petani kedelai mengalihkan fungsi lahan kedelai ke tanaman lain. Pengalihan itu dilakukan karena harga jual kedelai yang saat itu memang rendah. Makanya banyak petani yang tidak terlalu berminat untuk menanam kedelai.
Bayangkan katanya, pada tahun 1992 lalu jumlah lahan kedelai capai 1,6 juta hektar namun harga jualnya tiga kali lipat lebih murah dari harga beras, makanya banyak petani yang tidak berminat, sementara konsumsi kedelai capai 2,4 juta ton pertahun. Produksi kedelai lokal ternyata tak mampu memenuhi kebutuhan, sementara impor kedelai terus dilakukan.
"Ini yang memacu kenaikan, hingga puncaknya saat ini harga jual kedelai ditingkat petani capai Rp 7.000, kalau dulu di kisaran harga 4500 saja sudah bagus," katanya.
Saat ini diakui Suswono, demonstrasi penyetopan pengolahan kedelai sudah berhenti. Dengan pendistribusian stok kedelai ke pasaran dan semakin bergairahnya petani untuk memproduksi kedelai akan mengurangi tekanan harga kenaikan. "Kami prediksi dalam waktu dekat harga kedelai bisa normal," katanya