Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jawara Lari Daerah Itu Berjualan Kopi di Pinggir Jalan

APRI Sugiarto (53) duduk termenung di bangku kayu di atas trotoar di Jalan Siliwangi, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur,

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Jawara Lari Daerah Itu Berjualan Kopi di Pinggir Jalan
KOMPAS images/KRISTIANTO PURNOMO
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muhammad Guci S

TRIBUNNEWS.COM -- APRI Sugiarto (53) duduk termenung di bangku kayu di atas trotoar di Jalan Siliwangi, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Selasa (24/9). Terik matahari siang hari dan debu yang beterbangan tak dihiraukannya demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Warga RT 06/19, Gang Harapan Dua, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur, itu menunggu sopir angkutan umum (angkum) untuk mengecer rokok dan membeli minuman miliknya. Setiap hari ia berjualan berbagai jenis minuman dan rokok dengan gerobak biru yang diparkir di trotoar.

Namun siapa sangka, pria yang tingginya tak lebih dari 160 cm itu ternyata mantan atlet maraton. Ia pun pernah membawa nama harum Kabupaten Cianjur di tingkat Jawa Barat (Jabar) sebagai peraih medali emas, perak, dan perunggu pada pekan olahraga daerah (porda) di tahun yang berbeda.

"Pada tahun 2003 saya dapat medali emas pada Porda Indramayu, sedangkan di Porda 2006 di Karawang, alhamdulillah dapat medali perak dan perunggu," kata Apri kepada Tribun ketika ditemui di kiosnya, Rabu (24/9/2013) siang.

Hebatnya, Apri ternyata memiliki keterbatasan intelektual meski memenangi sejumlah kejuaran maraton. Ia sempat sekolah di SLB C di Cianjur. Ia pun mengalahkan semangat para pemuda yang mengikuti kejuaraan maraton di tingkat porda di usianya yang tak muda lagi.

Pria beranak dua dari pernikahannya dengan Darsini (50) ini mengawali kariernya pada usia 15 tahun pada 1975. Apri, yang hanya lulusan SD, mengikuti berbagai perlombaan lari mulai tingkat desa sampai kabupaten. Dari sejumlah perlombaan yang diikutinya itu, ia pun sempat menjadi sebagai pemenang.

BERITA REKOMENDASI

"Sejak kecil memang saya dinilai baik dalam berlari. Karenanya saya terus mengikuti dan diikutkan lomba lari. Saya baru mulai berhenti mengikuti lomba lari tahun 1990. Di tahun itu saya mengembara ke Jakarta mengasong juga sampai tahun 2000. Setelah itu kembali ke Cianjur dan ikut lomba lari lagi di tingkat porda," kata Apri.

Apri mengaku tak hanya meraih medali dari kemampuannya tersebut. Puluhan piagam dan piala diraihnya dari lomba-lomba maraton yang diikutinya. Ia pun masih menyimpannya sebagai bukti dan kenangan di masa jayanya. Namun sayang sejumlah piala terlihat rusak lantaran termakan usia.

"Tadinya saya berpikir untuk menjual semua piala dan piagam yang saya raih ketika mengikuti lomba-lomba maraton di Jakarta, Bogor, Bandung, Serang, dan Bekasi. Tapi ternyata tidak ada harganya, termasuk medali yang saya raih ketika mengikuti porda itu," kata Apri.

Keinginan Apri tersebut memang bukan tanpa alasan. Ia kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya dengan profesi yang dijalaninya selama puluhan tahun itu. Ia mengatakan, hasil yang diraihnya untuk mengharumkan nama Kabupaten Cianjur tak sepadan dengan biaya hidupnya.

"Selama ini saya hanya mengandalkan pemasukan dari berjualan rokok dan minuman di pinggir jalan. Istri pun bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk membantu saya," kata Apri.


Selain itu, kata Apri, keluarganya juga membantunya untuk menyekolahkan dua anaknya, Siti Nur Janah (20) dan Rahmat Firdaus (15). Saat ini anak pertamanya sudah bekerja, sedang anak keduanya masih sekolah di tingkat SMA.

"Kalau dari jualan rokok dan minuman paling cuman dapat untung sekitar Rp 20 ribu setiap hari. Karena itu hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebab dagangan saya juga tidak lengkap," ujar Apri.

Namun, Apri tetap bersyukur meski serba memiliki kekurangan. Pasalnya, ia tak sulit melindungi keluarganya dari panas dan hujan. Ia pun berharap nasib kedua anaknya bisa lebih baik darinya. Ia ingin menyekolahkan kedua anaknya sampai perguruan tinggi.

"Banyak hal yang ingin saya wujudkan, tapi sampai sekarang belum terwujud semuanya. Saya hanya bisa berdoa dan berusaha agar hidup anak saya lebih baik dari saya," kata Apri seraya menyebut belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah selama mengharumkan Kabupaten Cianjur. (*)

Tags:
Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas