Nenek Pemulung Berkurban dari Hasil Menabung Rp 2 Ribu per Hari
Kemiskinan yang menjerat pemulung rena, Rasma (61), ak menyurutkan niatnya untuk berkurban.
Laporan Wartawan Surya Sudharma Adi
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Keinginan untuk menjalankan perintah agama sekaligus beramal, tak menyurutkan niat seorang pemulung renta, Rasma (61), untuk ikut berkurban demi sesama.
Maka, dari keikhlasannya menabung selama lebih dari setahun, dia pun bisa membeli kambing seharga Rp 2 juta untuk berkurban.
Ditemui di rumahnya yang sederhana di wilayah Jl Wonokromo SS, perempuan lansia yang matanya sudah rabun ini tak ingin mengharapkan imbalan apapun, selain pahala dari Allah SWT semata.
Untuk itu, bekerja sebagai pemulung bukan jadi penghalang bagi perempuan Madura ini melaksanakan Idul Adha. Meski harus menabung sedikit demi sedikit, dia sangat lega ketika uangnya bisa dimanfaatkan orang yang membutuhkan.
"Saya tak mengharapkan harta di dunia ini. Saya hanya takut pada Allah SWT," paparnya pada Surya Online dengan bahasa campuran Jawa dan Indonesia, Senin (14/10/2013).
Dia bercerita, menjadi pemulung bukan pilihan hidupnya. Hanya karena harus bertahan hidup, sejak tiga tahun lalu, Rasma rela mengumpulkan barang bekas dari rumah ke rumah di kampungnya.
Sejak perceraiannya dengan Mat Sahri lebih dari 35 tahun lalu, dia lebih memilih menjanda dan berjualan makanan di TK Swandayani daerah Wonokromo SS. Tapi nasib berbicara lain, ketika usahanya tak berkembang dan dia jadi pengumpul barang bekas dan nasi aking.
"Iya nak, apa yang ada saya kumpulkan dan jual. Lumayan untuk kebutuhan sehari-sehari," jelas perempuan buta huruf ini.
Setiap hari, dia selalu bangun pukul 03.30 WIB dan mengumpulkan sampah bekas dari rumah ke rumah. Dia juga mengumpulkan dan menjual nasi aking. Rata-rata penghasilan sehari antara Rp 5000-7000.
Kalau beruntung, ada juga tetangga atau warga Jl Wonokromo SS yang memberinya makan atau uang. Dari penghasilan ini, dia mengaku bisa menyisakan uang sebesar Rp 2000-3000 tiap harinya untuk ditabung dan membeli hewan kurban.
"Uang itu saya simpan di rumah. Tiap minggu, anak saya, Siani datang ke rumah. Nah, uang tabungan itu saya titipkan padanya," papar perempuan yang memiliki enam anak ini.
Dari ketekunannya menabung uang sedikit demi sedikit itu, selama lebih dari setahun, dia mendapatkan uang sebanyak Rp 2 juta. Atas inisiatifnya, uang yang dibawa Siani digunakan membeli kambing kurban dan diserahkan ke Masjid Haqqul Amin di Jl Wonokromo SS.
Adapun Siani juga menyumbang uang sebesar Rp 1,75 juta untuk patungan membeli kurban dan juga diserahkan pada masjid itu.
"Saya ini sudah tua. Makanya, hanya dengan berkurban ini saja, saya bisa mengumpulkan amal. Jika sewaktu-waktu Allah memanggil, saya sudah siap kok," terangnya.
Sedangkan takmir Masjid Haqqul Amin KH Muhidin Suwondo membenarkan, bahwa Rasma memang menyerahkan hewan kurban ke masjidnya pada Minggu (13/10/2013). Muhidin mengaku heran, bahwa Rasma yang hanya seorang pemulung bisa menabung dan hasilnya digunakan membeli hewan kurban.
"Ya baru kali ini, ada pemulung yang ikhlas membeli hewan kurban dan diserahkan ke masjid ini," jelas mantan Rektor IAIN Sunan Ampel ini.
Dia menegaskan, hanya niat dan keikhlasan yang bisa menggerakkan hati umat muslim agar mau berkurban demi sesama. Tak hanya masyarakat kalangan menengah saja, tapi juga menengah ke bawah.
"Ini tentu contoh baik yang harusnya ditiru umat muslim. Kalau punya niat tulus, berapa pun penghasilannya, pasti akan mau berkurban," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.