Penderita Tuna Rungu Murid SLB Diterapi Gratis oleh Masudin
"Orang tidak bisa mendengar karena saraf dengar mereka tertutup. Agar bisa mendengar, saya akan membuka saraf tersebut," kata Masudin
Laporan Wartawan Surya,Sutono
TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Masudin, penyembuh penderita tuna rungu dengan metode pijat saraf telinga asal Jombang, tak hanya mempraktikkan keterampilannya yang langka untuk tujuan komersial.
Buktinya, warga Dusun Ketanen, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, Jombang ini melakukan terapi gratis alias tanpa biaya terhadap 15 bocah tuna rungu, murid Sekolah Luar Biasa (SLB) Kurnia Asih, Ngoro, Jombang, Jumat (29/11/2013).
Kelima belas bocah tuna rungu itu, didampingi orang tuanya, dikumpulkan di salah satu ruangan SLB. Selanjutnya, orang tua mereka diberi penjelasan oleh Masudin tentang terapi yang hendak dilakukan. Yakni dengan memijat saraf dengar di belakang telinga.
"Orang tidak bisa mendengar karena saraf dengar mereka tertutup. Agar bisa mendengar, saya akan membuka saraf tersebut," kata Masudin.
Selanjutnya, satu demi satu bocah tuna rungu itu maju ke depan kelas.
Masudin pun segera melakukan terapinya, dengan memijat daerah belakang telinga dan kepala. Setiap penderita tuna rungu menjalani terapi rata-rata hanya setengah menit.
Usai itu, siswa yang telah diterapi, diuji pendengarannya dengan cara dipanggil namanya serta diberi tepukan tangan dari jarak cukup jauh, sekitar lima meter.
Rata-rata, mereka dipanggil namanya, maupun mendapat tepukan langsung mengangkat tangan, pertanda ia mendengar.
Masudin menjelaskan, dirinya sengaja melakukan gerakan sosial untuk
membantu warga kurang mampu.
"Ini sebetulnya rutin kami lakukan. Sebelum di Jombang, kami juga pernah menggelar pengobatan gratis siswa SLB di Solo dan Trenggalek," kata Masudin.
Masudin berharap, ke depan SLB Kurnia Asih tidak lagi hanya mendampingi, melainkan lebih pada pelatihan murid tuna rungu agar lancar berbicara.
"Mereka sudah bisa mendengar suara, jadi SLB tinggal mengajari mereka berbicara," tambahnya.
Kepala SLB Kurnia Asih Ngoro, M Rusik mengaku senang siswanya mendapat terapi gratis dari Masudin. Di SLB yang dipimpinnya, jumlah murid penderita tuna rungu cukup banyak, 25 orang.
Dari jumlah tersebut, kata Rusik, ada yang tuli total dan ada pula yang tuli sebagian. Di SLB Kurnia Asih, para tuna rungu diajari bahasa isyarat serta dikenalkan dengan bunyi-bunyian dari berbagai sumber suara.
"Kalau setelah diterapi oleh Pak Masudin ini mereka betul-betul sembuh, saya mempersilakan mereka pindah sekolah atau belajar di sekolah umum," ujarnya.
Diberitakan, sejak mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai penyembuh tuna rungu tercepat dengan cara buka saraf telinga pada bulan lalu, Masudin kebanjiran warga yang hendak mencari kesembuhan dari keadaan tuna rungu yang diidapnya.
Ratusan orang setiap hari datang di rumahnya, guna mendapatkan pelayanan terapi saraf telinga ala Masudin. Bahkan, berdasarkan daftar di buku Masudin, antrean tersebut menumpuk hingga Mei tahun depan. Artinya, daftar terapi hari ini, baru bisa diobati Mei 2014.