Pedagang Gorengan pun Beralih ke Elpiji 3 Kg
Kasdullah yang merupakan warga Desa Mranggen harus merogok kocek Rp 130 ribu elpiji 12 kg per tabung
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Alfi M Muhamad
TRIBUNNEWS.COM – Kenaikan harga Liquefied Petroleum Gas atau lebih dikenal dengan Elpiji sejak 1 Januari 2014 membuat beberapa pedagang dan ibu rumah tangga di Kabupaten Demak mengeluh.
Pantauan Tribun Jateng, Sabtu (5/1/2014) siang, pedagang gorengan di Jalan Raya Semarang-Mranggen, Kasdullah (34) satu dari beberapa orang yang merasakan dampaknya. Ia yang semula selalu masak gorengan menggunakan tabung elpiji 12 kg. kini beralih ke tabung elpiji 3 kg karena harganya tidak naik.
"Nyari elpiji 3 kg susah di Pasar Mranggen. Kalau pakai yang 12 kg agak kemahalan. Mau masak untungnya dikit," ujar bapak dua orang anak itu yang beralih ke elpiji 3 kg dalam dua hari terakhir.
Kasdullah yang merupakan warga Desa Mranggen tersebut harus merogok kocek Rp 130 ribu elpiji 12 kg per tabung. "Dua hari yang lalu masih pakai yang 12 kilogram sisa bulan kemarin. Harganya masih Rp 85 ribu tapi sekarang sudah naik Rp 45 ribu," jelasnya.
Kasdullah tidak ingin memakai tabung elpiji 12 kg karena kalau pakai elpiji yang sekarang tak bersubsidi, dia harus menaikkan harga. "Ini ada mendoan, tahu petis, molen, tahu susur, dan pisang goreng. Harganya sama Rp 500 per gorengan. Kalau saya pakai elpiji 12 kg saya harus naikkan harga. Nanti pembeli nggak datang kalau kemahalan," lanjutnya.