Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kyai Guntur Sari dan Guntur Madu Ditabuh di Masjid Agung Hari Ini

Hari ini, Selasa (7/1/2014) atau 5 Rabiul Awal (Mulud), dua gamelan pusaka Kraton Surakarta akan mulai ditabuh di halaman Masjid Agung.

zoom-in Kyai Guntur Sari dan Guntur Madu Ditabuh di Masjid Agung Hari Ini
TRIBUN JATENG/GALIH PERMADI
Ilustrasi gamelan. Asuka Tachizaki, mahasiswi asal Jepang pada Rabu (18/12/2013) memamerkan hasil belajar alat musik gamelan di lapangan B1 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes). 

Laporan Wartawan Tribun Jateng Galih Priatmojo

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Hari ini, Selasa (7/1/2014) atau 5 Rabiul Awal (Mulud), dua gamelan pusaka Kraton Surakarta akan mulai ditabuh di halaman Masjid Agung.

Keduanya ialah Gamelan Kyai Guntur Sari di sebelah selatan Masjid Agung, sedangkan Kyai Guntur Madu di sebelah utara.

Kalau gamelan pusaka itu sudah ditabuh, berarti peringatan Grebeg Maulud Nabi Muhammad SAW sudah dekat. Dimulai 7 Januari hingga 13 Januari dan puncaknya 14 Januari bertepatan dengan 12 Rabiul Awal hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Pengageng III Museum dan Pariwisata Keraton Kasunanan Surakarta, KP Satriyo Hadinagoro menerangkan, rencananya kedua gamelan tersebut akan dikeluarkan Selasa pukul 10.00 WIB.

Disusul dengan pembacaan doa dan sejumlah rangkaian acara. Setelah siang hari, gamelan akan diletakkan di sebuah bangsal yang posisinya persis di depan Masjid Agung.

Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari ukurannya lebih besar dari gamelan biasa. Tujuannya, menghasilkan suara lebih keras sehingga terdengar dari jarak jauh untuk menarik rakyat sehubungan dengan sarana dakwah Islam di masa lalu.

Berita Rekomendasi

Dua pasang gamelan pusaka tersebut semua berlaras pelog dan dibuat dari bahan perunggu.

"Gamelan akan kita tabuh sekitar pukul 13.00 WIB. Kyai Guntur Sari akan diletakkan di bangsal sebelah selatan. Sementara Kyai Guntur Madu diletakkan di bangsal sebelah utara," ucapnya di Keraton Kasunanan Surakarta, Senin (6/1/2014) siang.

Prosesi adat ini, sudah berlangsung sejak jaman Kerjaan Islam Demak sebagai sarana dakwah yang dikemas dalam budaya.

"Gamelan Kyai Guntur Sari akan melantunkan Gending Rambu. Sedangkan Gamelan Kyai Guntur Madu akan melantunkan Gending Rangkung," ujarnya.

Gendhing Rembu yang berasal dari kata Robbunayang atau Allah Tuhanku. Sedangkan gamelan Kyai Guntur Sari memainkan gendhing Rangkung yang berasal dari kata Roukhun atau jiwa besar.

Gending-gending itu, sudah diturunkan dari generasi ke generasi dilestarikan hingga kini. Nanti saat gamelan tersebut ditabuh maka masyarakat akan berkumpul di sekitar bangsal sambil mengunyah sirih (menginang).

Terkait penyelenggaraan Grebeg Maulud, Satriyo mengatakan, selama empat tahun terakhir perayaan Grebeg Maulud dilakukan tanpa ada dana bantuan dari Pemerintah Kota Solo. Artinya, perayaan Grebeg Maulud dilakukan secara mandiri.

"Diberi atau tidak kita tetap menjalankan tradisi ini. Karena ini sudah menjadi tradisi di Keraton secara turun temurun. Yang kami harapkan bukan soal dana tapi atensi dari pejabat pemerintah untuk ikut serta nguri-uri Budaya Jawa, apalagi melihat jargon dari kota Solo sebagai kota budaya," katanya. 

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas