Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Berebut Air Bekas Nyiram Gong Sekati di Keraton Kanoman

Ritual yang digelar di komplek keraton dan situs sejarah di Cirebon, kerap menjadi magnet bagi masyarakat.

zoom-in Warga Berebut Air Bekas Nyiram Gong Sekati di Keraton Kanoman
TRIBUN JABAR/IDA ROMLAH
Warga berebut air bekas mencuci perangkat gamelan dalam ritual Nyiram Gong Sekati di Keraton Kanoman Cirebon, Jumat (10/1/2014). Warga percaya, air bekas membersihkan gamelan purbakala, itu dapat memberi keberkahan dalam hidup. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar Ida Romlah

TRIBUNNEWS.COM, CIREBON - Ritual yang digelar di komplek keraton dan situs sejarah di Cirebon, kerap menjadi magnet untuk mengumpulkan masyarakat dari berbagai daerah.

Warga berbondong-bondong datang ke tempat ritual digelar, seperti yang terjadi pada Nyiram Gong Sekati di Keraton Kanoman Cirebon, Jumat (10/1/2014).

Tujuan warga itu nyaris sama, yakni ngalap berkah. Pada ritual Nyiram Gong Sekati, warga ngalap berkah dari air bekas cucian perangkat gamelan.

Karena itu, begitu ritual selesai, tanpa dikomado, warga langsung menyerbu bak tempat menampung air yang digunakan mencuci gamelan.

Dengan peralatan tadah seperti botol, jerigen, dan ember, warga mengambil air bekas cucian dari bak penampungan.

Ada pula yang menggunakan air langsung di tempat dengan cara mencucikannya pada wajah dan berwudu.

Berita Rekomendasi

Warga betul-betul percaya jika air bekas cucian benda pusaka, itu bisa memberikan keberkahan dalam hidup.

"Suka sakit rematik, makanya air ini akan digunakan untuk mandi dan berwudu," kata Mukhadi yang berhasil mengambil air sebanyak satu ember sedang.

Nyiram Gong Sekati, merupakan ritual membersihkan seperangkat gamelan dengan gong sebagai sentralnya. Ritual tersebut digelar dalam rangkaian upacara Muludan di lingkungan keraton.

Ritual selalu digelar setiap 8 Mulud berdasarkan penanggalan Jawa, atau empat hari menjelang puncak acara Muludan di keraton.

Pembersihan menggunakan air bercampur bunga dan minyak wangi. Setelah itu, gamelan peninggalan abad ke-16, itu digosok dengan bubuk batu bata merah menggunakan sabut kelapa. Setelah itu, gamelan kembali disiram air.

Setelah semua gamelan bersih, kemudian para abdi dalem membawanya ke Bangsal Sekaten. Di tempat itulah, gamelan akan dibunyikan mulai nanti malam hingga puncak Muludan, Selasa (14/1/2014). 

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas