Jadi Pintu Gerbang Kaltara, Bandara Juwata Dapat Suntikan APBN Rp 220 Miliar
Sekitar Rp 220 miliar dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014 bakal digunakan untuk pengembangan Bandara Juwata
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Rafan A Dwinanto
TRIBUNNEWS.COM SAMARINDA, - Sekitar Rp 220 miliar dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014 bakal digunakan untuk pengembangan Bandara Juwata, Tarakan. Rencanaya, dana tersebut digunakan untuk pengembangan tempat parkir, perbaikan jalan, perluasan apron existing, rehabilitasi, dan pemeliharaan prasarana bandara.
Diketahui, Tarakan bakal menjadi pintu gerbang Provinsi Kalimantan Utara. Terlebih, Provinsi Kaltara berbatasan langsung dengan negara tetangga, Malaysia. "Karena Tarakan merupakan pintu gerbang Kaltara yang berbatasan dengan Malaysia, maka pengembangan Bandara Juwata menjadi prioritas," kata Anggota Komisi V DPR RI, Hetifah Sjaifudian.
Dana tersebut juga akan digunakan membangun mekanikal elektrikal dan peralatan penunjang, elevator, escalator, AC Central, kursi terminal, checking counter, hydrant, sistem plumbing, lampu terminal, lampu penerangan jalan, sign board, garbarata, baggage handling system, flood light, dan penangkal petir.
Khusus untuk pengembangan bandara di Kaltim dan Kaltara, Pemerintah Pusat mengalokasikan dana dari APBN 2014 sebesar Rp 615,7 miliar. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persen diantaranya mengucur untuk Bandara Juwata.
Dibandingkan dengan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan, maka pada tahun 2014 Ditjen Perhubungan Udara mengalokasikan dana infrastruktur untuk Kaltim dan Kaltara lebih besar 7,46 persen.
Tidak hanya pembangunan infrastruktur, Menurut Hetifah, subsidi penerbangan perintis ke pedalaman dan perbatasan Kaltim patut diperjuangkan di Dirjen Perhubungan Udara. "Di Kaltim dan Kaltara masih banyak daerah terpencil yang hanya bisa dijangkau dengan penerbangan perintis. Makanya subsidi penerbangan ini menjadi penting," tegas Hetifah.
Hetifah berharap, dana subsidi penerbangan perintis tak lagi terhambat seperti di tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya, masyarakat pedalaman dan perbatasan sulit mendapatkan bahan pangan. "Bahkan lambatanya subsidi juga bisa menimbulkan gejolak sosial seperti aksi demo di Bandara Temindung, Samarinda, pada 2013 lalu," ungkap Hetifah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.