Kisah Saksi Hidup Bencana di Sulut Trauma Lihat Sungai
Saksi hidup Bencana yang melanda. Sulawesi Utara pekan lalu berdampak pada kesehatan fisik maupun psikis bagi mereka
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan
TRIBUNNEWS.COM - Saksi hidup Bencana yang melanda. Sulawesi Utara pekan lalu berdampak pada kesehatan fisik maupun psikis bagi mereka. Saat ini, usaha untuk bangkit dari keterpurukkan dilakukan oleh mereka. Bagi warga yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut, mengalami trauma yang mendalam.
Seperti pengakuan Pengki, warga Desa Tateli Lingkungan I, Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa korban banjir bandang, Rabu (15/1/2014) siang lalu. Banjir yang datang secara tiba-tiba itu diikuti dengan kayu dan batu-batu telah memporak-porandakan rumahnya yang berada di tepi sungai Tateli. Beruntung dirinya masih bisa selamat. "Saya berada di belakang rumah dan air datang secara tiba-tiba, hanya dalam sekejap air sudah sampai di pinggang. Sudah bertahun-tahun saya tinggal di sini, baru kali ini musibah besar terjadi," kenangnya.
Kejadian tersebut sudah berlalu, namun Pengki masih terbayang-bayang akan kejadian tersebut. Ia mengaku bahkan belum bisa tidur nyenyak memikirkan kejadian itu. "Saat itu saya sudah pasrah jika akan meninggal, beruntung Tuhan belum memanggil saya. Hingga saat ini saya belum bisa tidur nyenyak," ujarnya Minggu (19/1/2014)
Saat ini Pengki dan warga lainnya berusaha untuk bangkit. Pengki dan keluarganya pun sedang berbenah untuk tempat tinggal yang layak. "Sebagian rumah berantakkan, dan saat ini kami sedang berusaha berbenah untuk kembali layak ditinggali," ujarnya.
Pengki mengaku trauma jika melihat derasnya sungai Tateli. Bayang-bayang kejadian itu membuatnya sesak jika harus melihatnya. "Mungkn butuh waktu bagi saya untuk bisa benar-benar pulih. Semoga hal ini takkan terjadi lagi dan semoga semuanya semakin membaik," ujarnya.
Sementara itu, Camat Mandolang, Royke Mongisidi, SSos, didampingi Sekcam Mandolang, Frans Lasut mengatakan waktu kejadian sempat diinstruksikan untuk mencari tempat yang aman cuaca semakin tak terkendali. "Saat itu hujan terus-terusan, sudah ada peringatan bagi warga agar mencari tempat yang aman. Namun bencana lebih cepat," ujar Royke. Meluapnya sungai Ranoriri tersebut sudah pernah terjadi, namun tak pernah separah ini. "Dulu tahun 1970an sungai ini juga pernah meluap, tapi dampaknya tak seberapa. Sekarang sudah parah," ujar Frans. (finnekewolajan)