TKI asal Banyuwangi Koma di Taiwan
"Harapan saya, Uul (panggilan akrab Sihatul) bisa segera kembali ke Indonesia, biar bisa dirawat oleh keluarga sendiri," ucap Sutiah.
Laporan Wartawan Surya,Wahyu Nurdiyanto
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI- Lagi -lagi TKW Indonesia mengalami penyiksaan. Kali ini TKW asal Banyuwangi harus mengalami penderitaan.
Keluarga Sihatul Alfiah (27), tenaga kerja migrant asal Kabupaten Banyuwangi yang koma akibat disiksa majikannya di Taiwan berharap pemerintah Indonesia bisa memulangkan Sihatul.
Ditemui di rumahnya di Dusun Rumping RT 01 RW 04 Desa Plampangrejo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, Jumat (24/1/2014), Sutiah (50) ibu kandung Sihatul mengatakan, dia dan seluruh keluarga akan senang dan lega jika Sihatul bisa dirawat di Banyuwangi.
"Harapan saya, Uul (panggilan akrab Sihatul) bisa segera kembali ke Indonesia, biar bisa dirawat oleh keluarga sendiri," ucap Sutiah.
Sebagai informasi, Sihatul yang sudah 13 bulan bekerja di Taiwan mengalami koma dan harus menjalani perawatan di rumah sakit sejak 22 September 2013 lalu.
Sihatul bekerja di sebuah peternakan sapi perah di Liouying distrik Tainan City. Sihatul diyakini memiliki beban kerja yang berat karena bekerja seorang diri di peternakan yang memiliki 300 ekor sapi perah.
Sutiah dan keluarganya sendiri belum tahu pasti mengenai penyebab Sihatul sakit dan koma. Yang dia tahu, anak bungsunya tersebut kerap bercerita punya majikan yang kasar.
"Waktu telepon ke rumah, Uul sering cerita majikannya itu suka marah. Kalau nesu (marah) suka ngaplok (menampar) dan nendang. Tapi Saya diberitahu anak saya koma karena jantungnya lemah," kata Sutiah sambil menitikkan air mata.
Harapan yang sama juga disampaikan oleh Suhandik (29), suami Sihatul. Apalagi istrinya kini tak lagi mendapatkan perawatan memadai karena ditempatkan di sebuah panti jompo setelah sempat dirawat di tiga rumah sakit.
Suhandik juga berharap ada pihak, baik itu pemerintah maupun perusahaan pengerah jasa tenaga kerja Indonesia PT Sinergi Wina Karya yang memberangkatkan istrinya ke Taiwan ikut menanggung biaya perawatan.
Saat ini, biaya perawatan Sihatul di Taiwan masih ditanggung oleh Huang Deng, sang majikan dan juga pemerintah Taiwan.
Hanya saja, Sihatul, ibu dari Ahmad Nurizah Fiki Firmansyah (6) ini tidak lagi hanya dirawat di sebuah panti jompo bukan di rumah sakit.
"Saya sendiri tidak tahu kenapa ditempatkan di panti jompo bukan di rumah sakit. Yang saya tahu istri saya tidak punya riwayat sakit jantung dan kerap dikasari majikannya," ucap Suhandik yang terpaksa berhenti bekerja sebagai buruh perkebunan di Pahang, Malaysia untuk mengurusi istrinya.
Senin, 27 Januari mendatang, Suhandik akan ke Jakarta untuk bertemu rekan-rekan Migrant Care dan bertemu dengan anggota DPR RI Rieke Dyah Pitaloka terkait kasus yang menimpa istrinya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah saat dihubungi mengatakan ada upaya pembelokan atau menutupi kasus ini oleh perusahaan pengerah jasa tenaga kerja yang memberangkatkan Sihatul.
Perusahaan yang berkantor di Jagir Wonokromo Surabaya ini mencoba menyelesaikan kasus ini dengan cara damai, yakni hanya menganti biaya perawatan. "Padahal ini adalah kasus kriminalitas (penganiayaan) yang harus diusut tuntas," ucapnya.