Warga Sleman Tanam Pohon Kemenyan untuk Meruwat Merapi
warga Dusun Tunggul Arum Turi, menggelar acara "Penanaman Bibit Pohon Kemenyan", Minggu (9/2/2014).
Laporan Wartawan Tribun Jogja Gaya Lufityanti
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Komunitas pencinta lingkungan, warga Dusun Tunggul Arum Turi, dan Fakultas Kehutanan UGM, menggelar acara "Penanaman Bibit Pohon Kemenyan", Minggu (9/2/2014).
Aksi tersebut, menjadi kerja kolosal bersama dari berbagai elemen, mulai warga Tunggularum, civitas akademica, kalangan seniman, punggawa pemerintahan, serta dunia usaha untuk melestarikan kawasan Gunung Merapi.
Ketua Rawat Ruwat Merapi Tomon HW mengatakan, sumber penghidupan
masyarakat di lereng Merapi umumnya berasal dari sektor pertanian, kehutanan, pertambangan, peternakan dan pariwisata.
Meski berlainan, seluruh sektor dimana masyarakat mengandalkan pendapatan, tidak terlepas dari keberadaan Merapi dan seluruh kawasannya.
"Artinya, nasib dari sektor pertanian, kehutanan dan pariwisata itu, sangat bergantung pada kelestarian Merapi dan kawasannya dalam jangka panjang," kata Tomon, Minggu.
Menurutnya, kalau kelestarian Merapi dan kawasannya terabaikan, maka bisa dipastikan cepat atau lambat sektor pertanian, kehutanan dan pariwisata di sekitar lereng Merapi juga akan meredup dan bahkan hilang.
Berkaitan dengan hal itu, berbagai program yang ditujukan untuk melestarikan Merapi dan kawasannya menjadi sangat penting.
Selain menyangkut aspek lingkungan, sambungnya, kondisi Merapi juga menentukan masa depan masyarakat di empat wilayah kabupaten yang mengandalkan hidupnya dari Merapi.
"Bahkan, lebih luas lagi demi masa depan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan, tapi tetap mengandalkan lereng Merapi sebagai sumber mata air mereka," tutup Tomon, yang juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Kemenyan Merapi ini.
Aksi penanaman bibit Kemenyan di Dusun Tunggularum Turi, Sleman, juga dimeriahkan aksi sejumlah seniman.
Jemek Supardi, menampilkan pertunjukan pantomim. Sementara seniman Icuk Ismunandar, menampilkan sendratari. Selanjutnya, Samuel Indratma (Seni Rupa); Memet Chaerul Slamet (Musik); dan Tomon HW, membacakan satra Jawa.