Kopka Subagyo Berteriak Usman Harun Pahlawan Indonesia
Kopral Kepala (Kopka), Partika Subagyo Lelono (51) melakukan aksi di depan Air Mancur Stadion Manahan Solo,
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Protes penamaan Usman Harun pada KRI milik TNI AL oleh Singapura membuat seorang anggota Detasemen Polisi Militer IV/4 Solo, Kopral Kepala (Kopka), Partika Subagyo Lelono (51) melakukan aksi di depan Air Mancur Stadion Manahan Solo, Senin (10/2/2014) siang. Subagyo mendukung penamaan dua pahlawan Indonesia itu.
“Usman Harun Pahlawan Indonesia!! Merdeka!!” teriak Subagyo sembari membawa bendera merah putih di tangan kanannya dan papan bertuliskan “Usman Harun Pahlawan NKRI, NKRI Harga Mati, Cinta NKRI, Jangan Tercerai Berai Karena Partai” di genggaman tangan kirinya. Subagyo meminta pemerintah untuk tidak mengganti nama Usman Harun pada KRI TNI AL.
“Bagi saya penamaan Usman Harun adalah wajib. Ini sebagai upaya mengenang pahlawan. Bangsa yang hebat dan kuat, bangsa yang mengenang jasa para pahlawan. Jangan menyerah!!” ujarnya.
Bahkan Subagyo menyarankan penamaan Usman Harun semakin diperbanyak agar generasi muda mengenal sosok dua pahlawan tersebut. “Anak cucu kita tidak tahu nama Usman Harun, dengan diperbanyak mereka bisa mengenal dan mengenang keduanya. Jangan sampai dicabut namanya,” ujarnya.
Pemakaian baret merah, kata Subagyo, untuk mengenang bahwa Usman Harun ketika bertugas memakai baret merah. “Merah biar sama, keduanya kan KKO jadi saya pakai baret merah,” ujarnya. Subagyo kemudian lari keliling bundaran air mancur Manahan sembari mengibarkan bendera merah putih dan papan tersebut.
Seorang warga, Warsono (40) mengapresiasi yang dilakukan Subagyo. Menurutnya penamaan Usman Harun sah-sah saja dipakai untuk KRI TNI AL.
“Ibarat kita beli mobil, ya itu hak kita diberi nama apa. Sama juga kasus ini, Indonesia berhak menamakan kapal yang dibeli dengan nama pahlawan, Usman Harun sebagai wujud menghormati jasa mereka. Singapura terlalu mencampuri urusan internal negara kita. Kalau mau perang, sekalian saja perang,” tegasnya.
Namun sayang, kasus ini tidak semua warga Indonesia mengetahui. Ardian (24) misalnya, dia tidak tahu ketika Singapura protes terkait penamaan Usman Harun pada KRI TNI AL. Bahkan dia tidak mengenal sosok Usman Harun, pahlawannya. “Saya ngga tahu. Baru tahu waktu ada aksi ini,” ujarnya semberai tersenyum kecut. (gpe)