Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gubernur DIY Sesalkan Lambannya Pembersihan Bandara Adisutjipto

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyesalkan lambannya pembersihan Bandara Adisutjipto dari abu vulkanik

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Gubernur DIY Sesalkan Lambannya Pembersihan Bandara Adisutjipto
Tribun Jogja
Petugas membersihkan abu vulkanik di Bandara Adisutjipto, Sabtu (15/2/2014). 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Ekasanti Anugraheni dan Gaya Lufityanti

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyesalkan lambannya pembersihan Bandara Adisutjipto dari abu vulkanik. Padahal operasionalisasi bandara sangat penting agar perputaran ekonomi DIY aktif kembali.

Asisten Manajer Humas, Data Dan Informasi (Tapor) PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Faizal Indra Kusuma mengatakan jika operasionalisasi Bandara Adi Sutjipto yang rencananya buka pada Selasa (18/2/2014) hari ini ternyata diundur hingga Rabu (19/2/2014). Sebab, tim pembersihan bandara yang melibatkan ratusan personel TNI-AU, TNI AD, petugas pemadam kebakaran, Brimob Polda DIY yang menyapu bandara sejak Sabtu (15/2/2014) baru mampu membersihkan 75 persen bandara.

"Katanya Selasa (18/2/2014) sudah buka, ini malah jadi Rabu (19/2/2014). Kalau bandara bisa cepat rampung, cepat dibuka agar ekonomi DIY cepat berputar," ucap Gubernur usai memantau kondisi bandara Adi Sutjipto bersama rombongan Pemda DIY, Senin (17/2/2014).

Menurut orang nomor satu di DIY itu, pembersihan bandara belum optimal karena tidak didukung dengan peralatan yang memadai. Seperti diketahui, proses pembersihan bandara masih dilakukan dengan cara-cara tradisional dengan menggunakan sapu dan semprotan kecil. Karenanya, Gubernur DIY telah menginstruksikan agar mobil pemadam kebakaran milik Pemkot Yogyakarta diperbantukan untuk pembersihan bandara pada Senin (17/2/2014) sore, setelah pembersihan jalan-jalan umum selesai.

"Kalau nyemprot koyo ngunu (menggunakan selang kecil), empat hari hanya menyelesaikan separoh bandara. Kapan selesainya (untuk keseluruhan landasan)?. Kalau bandara Solo sudah buka, tapi Yogya belum kan ngisin-ngisini (memalukan)," keluh Sultan HB X.

Sesuai pernyataan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI, pokok permasalahannya bukan pada erupsi Gunung Kelud lagi, melainkan tentang bagaimana proses pembersihan bandara-bandara agar cepat beroperasi kembali.

Berita Rekomendasi

Meskipun Bandara Adisutjipto Yogyakarta serta Bandara Adi Sumarmo Solo merupakan dua bandara yang terdampak paling parah, namun Gubernur DIY mendesak agar operasionalisasi bias dilakukan secepat mungkin.

"Tapi itu tergantung kecepatan kita membersihkan juga. Kalau Solo sudah buka, sedangkan Yogya masih dua tiga hari lagi kan memalukan," tandas HB X mengulangi pernyataannya.

HB X mengatakan, harusnya pihak bandara tidak perlu mengikuti instruksi Gubernur DIY yang menyatakan Senin – Selasa (17-18/2) sebagai hari kerja bakti massal untuk percepatan pembersihan DIY dari abu vulkanik Kelud. Sebab, instruksi itu berlaku untuk pembersihan fasilitas umum semisal pasar tradisional, sekolah, rumah sakit dan jalan-jalan umum. Sedangkan khusus bandara seharusnya menerapkan target lebih cepat.

"Ojo melu-melu (jangan ikut-ikut) kami, bandara harus bersih lebih cepat," imbuhnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi juga tengah mengupayakan penyediaan alat-alat berat untuk membersihkan bandara, termasuk mobil pemadam kebakaran dan water canon, atau mesin pembersih lainnya. Sehingga pembersihan satu-satunya bandara di DIY itu bisa lebih cepat.

Danrem 072 Pamungkas Brigjen TNI Sabrar Fadhilah juga telah mengerahkan seluruh personelnya untuk membantu penanganan abu vulkanik di seluruh DIY, termasuk di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Namun itu tidak cukup tanpa bantuan dari seluruh elemen masyarakat lainnya. Karenanya, ia sangat mengapresiasi langkah Gubernur DIY mencanangkan hari kerja bakti massal di seluruh DIY.

"Kerja sendiri kan nggak isoh, perlu guyup. Tinggal nanti mengatur ritmenya agar personel bisa bekerja bergantian. Kalau langsung diterjunkan semuanya bersamaan, malah klenger," ucap Fadhilah dijumpai di Kompleks Kepatihan, Senin (17/2/2014).

Ia tidak memungkiri, pembersihan abu vulkanik ini membutuhkan lebih banyak tenaga manusia dibandingkan dengan peralatan berat.

"Ini kan musuhnya debu, jadi mau pakai alat berat opo? Yang penting pakai truk, dibersihkan pakai cara tradisional, pakai tangan kemudian dinaikkan ke truk," paparnya. (esa/gya)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas