Obsesi Aksa Mahmud di HUT 41 Bosowa
PENDIRI Bosowa Corporindo, Aksa Mahmud (68), senantiasa mengingatkan pentingnya pengusaha dan usahanya dekat dengan masjid
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM-- PENDIRI Bosowa Corporindo, Aksa Mahmud (68), senantiasa mengingatkan pentingnya pengusaha dan usahanya dekat dengan masjid. Aksa memakai istilah, "pengusaha dunia akhirat."
Memasuki tahun ke-41 Bosowa, tepat 22 Februari 2014, besok, Aksa kembali mengerjakan satu konsep "pengusaha dunia-akhirat" itu.
Masjid Agung 45 akan dijadikan institusi mempertemukan mushadiq (pemberi sadaqah) dengan mustahiq (orang yang berhak menerima sadaqah).
Konsepnya, kira-kira sama dengan di Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) di Menteng, Jakarta Pusat. "Masjid Agung 45 itu, kita jadikan miniatur Masjid Sunda Kelapa di Makassar. Kita mulai di tahun ini, dan semoga tahun ini mulai terwujud," kata Aksa yang sejak 7 tahun terakhir menjadi Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa, kepada Tribun, di kantornya, Lantai 23, Menara Bosowa Jl Jenderal Sudirman, Makassar, kemarin.
Di masjid pemukiman elite ibu Kota itu, saban malam Jumat subuh, panitia menggelar salah Subuh yang diikuti Sujud Tilawah, pembacaan Surat ke-32 di Alquran (Sajadah) dan Al Alaq di bacaan salat.
Usai salat jamaah, mara mushadiq lalu membagikan sadaqah atau zakat ke para jamaah yang berhak menerima. "Jamaah subuh Jumat , itu bisa sampai seribu orang," jelas Aksa.
Kapasitas Masjid Sunda Kelapa bisa menampung sampai 5.000 jamaah. Jumlah isi celengan di hari Jumat mencapai ratusan juta. Ini bartu kotak amal, belum termasuk sumbangan para donatur, dan laba dari 8 unit usaha produktif yang dikelola pengurus MASK.
Bahkan "lini bisnis" lain untuk memakmurkan masjid adalah kelebihan hasil usaha dan kotak amal disimpan sebagai dana abadi.
Sejumlah lini bisnis dibangun beberapa pengurus masjid. Sebagian lokasinya untuk disewakan. Salah satunya, sebagai tempat galeri anjungan tunai mandiri (ATM). Menara masjid pun tak tersia-siakan. Provider telepon seluler menyewanya untuk kepentingan mereka. Dan saban Jumat, pelataran dan sekitar masjid jadi "pasar dadakan bagi jamaah."
Pendapatan yang diperoleh untuk menopang biaya operasional masjid, sehari-hari. "Kini imam, Muazin dan guru di Masjid Sunda Kelapa sudah naik mobil semua," kata Aksa menambahkan.
Tahun ini, pengurus akan fokus pada pasar jamaah. Dalam rapat kerja pada Februari 2014, akan ada pembicaraan mengenai pasar jamaah online.
Dulu, dilakukan via telepon dan arisan. Nanti, akan kami coba dengan cara online." Melalui cara baru ini, pelaku dan pasarnya akan dibuat lebih besar. Saat ini, pelaku yang bergabung dalam pasar jamaah baru berjumlah 80 orang.
Dia berharap, Masjid Agung 45 ini tak sepenuhnya menggantungkan bantuan dana dari pihak luar. Sebaliknya, menjelma sebagai entitas mandiri.
Inilah yang membuat masjid kedua terbesar di pusat Jakarta setelah Masjid Istiqlal ini selalu ramai dengan jamaah. Dia berharap, konsep ini bisa menghidupkan lagi masjid yang terletak di Jl Urip Sumiharjo km 5, Makassar itu.
Ketua Panitia Masjid Agung 45 Makassar, Muslim Salam, mengemukakan sejak Kompleks Pendidikan Universitas '45 diambilalih Yayasan Aksa Mahmud dari Yayasan Andi Sose, Agustus 2013 lalu, beberapa uoaya memakmurkan masjid juga sudah berjalan.
Tiap Senin dan Kamis petang, pengelola menyediakan hidangan buka puasa batgi mereka yang melaksanakan puasa Sunnah.
Awal Februari lalu, masjid ini juga dijadikan salah satu sekretariat komunitas Qari-Qariah, dan penghafal Qur'an, Jamiatul Quran wal Huffadz Sulsel.
"Selain sekretariat, juga dijadikan semacam tempat untuk menguji hafalan para sekolah dan lembaga penghafal di Sulsel, tiap bulannya," kata Muslim yang juga salah satu direktur di Bosowa Foundation ini.
Seperti rutinitas di puncak HUT Bosowa, Jumat (21/2) petang ini, Panitia HUT ke-41 Bosowa juga menggelar Khataman Quran, Barzanji, sekaligus Sujud Syukur, beraama petinggi manajemen, sekitar 100-an ulama di Sulsel, dan anak yatim di Ballroom Menara Bosowa.
Di HUT ke-40 Bosowa, Februari 2013 lalu, keluarga Aksa Mahmud mendatangkan secara khusus, Dia mendatangkan imam Masjidil Haram Mekkah dan Masjid Nabawi Maninah, Sheikh Qari Muhammad Saad Nomani atau yang akrab disapa Shahid Khalil Nomani (34) ke Indonesia
Sang imam penghafal 30 juz Quran ini juga menjadi Imam salat Isya dan memberikan tauziyah kuliah tujuh menit (kultum).
Saat itu, Bosowa mengundang sekitar 500 kiai, tokoh pesantren, santri ma'had, dan sejumlah santri sekolah penghafal Alquran di Sulsel.
Inilah yang terus coba ditularkan pendiri Bosowa Group ini ke para generasi pelanjutnya. Sekadar diketahui, sejak 2006 lalu, Aksa sudah menyerahkan pengelolaan kelompok usaha yang berdiri 22 Februari 1973 ini ke generasi kedua.
Erwin Aksa (38) menjadi CEO kelompok usaha ini dan dibantu tiga adiknya, Sadikin Aksa, Melinda Aksa, Athirah Aksa, dan si bungsu, Subhan Aksa.
Tahun 2015 mendatang, atau di usia ke-42, kelompok usaha yang sudah merambah industri otomotif, finance, tambang, perdagangan dan jasa ini mencanangkan era `lepas landas' menuju Bosowa Excellence.(Thamzil Thahir)