Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kholil Rela Tukarkan Mobil Baru untuk Radio Jadul

Radio jaman dulu alias jadul, seringkali dianggap barang rongsokan.

zoom-in Kholil Rela Tukarkan Mobil Baru untuk Radio Jadul
Surya/Iksan Fauzi
RADIO JADUL - Muhammad Kholil menunjukkan phonograph buatan perusahaan Prancis Pathe Freres Phonograph Co di galerinya, di Jalan Ir Rais Gg 14 No 60, Kota Malang, Kamis (13/03/2014). 

Laporan Wartawan Surya Iksan Fauzi

TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Radio jaman dulu alias jadul, seringkali dianggap barang rongsokan. Tetapi, Muhammad Kholil (43) tak mau beranggapan sama.

Pria asal Malang ini, justru mengumpulkan radio jadul, sehingga kekinian koleksinya mencapai 150 unit.

Jumlah radio kuno atau jadul seperti itu, sepertinya memang tak banyak. Tapi, justru memenuhi rumahnya yang bertipe 36, dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi di Jalan Ir Rais, Gang 14 Nomor 60 A, Kota Malang.

Penyebabnya, radio yang rata-rata dibuat di bawah tahun 1940 itu, kebanyakan berukuran sangat besar.

Ada yang seukuran kulkas dua pintu, seukuran televisi 40 inch, hingga yang lebarnya seukuran sepeda motor.

Bentuk tiap radio koleksinya juga unik-unik. Ada radio yang bentuknya mirip tas koper, alat navigasi modern, atau bentuknya menyerupai pintu gereja katedral.  

Berita Rekomendasi

Semua benda ini, dikumpulkan oleh Kholil sejak dirinya duduk dibangku perkuliahan, tahun 1990 silam.

"Radio pertama saya itu, radio transistor merk General Electrik. Harganya dulu Rp 5 ribu," kata Kholil saat ditemui Surya Online, Kamis (12/3/2014) sore.

Radio tersebut, lanjut Kholil, kini sudah berpindah tangan. Itu terpaksa dilakukannya untuk membeli radio yang lebih kuno lagi, sekaligus menambah jumlah koleksi radio jadulnya.

Salah satu radio yang paling kuno miliknya, adalah phonograph buatan perusahaan Prancis Pathe Freres Phonograph Co. Alat ini, diperkirakan dibuat sekitar tahun 1885 hingga 1890.

Jumlahnya bisa dipastikan sangat terbatas, sebab produksi alat tersebut dibuat hanya dengan kurun waktu lima tahun.

Produksi alat ini, kemudian dihentikan, saat terjadi invansi Jepang ke Prancis pada perang dunia II. "Phonograph merupakan cikal bakal dari hadirnya gramofon dan radio," kata Kholil.

Ia mengatakan, phonograph ini berhasil dimilikinya setelah menjual mobil Toyota Kijang Inova anyar miliknya.

Mobil itu, ia barter dengan Phonograph produksi Prancis, serta dua radio kuno. Tak disebutkan berapa harga pasti dari seluruh benda ini, yang pasti itu di atas Rp 50 juta.

"Selain buatan perusahaan Prancis, phonograph juga ada yang buatan pabrik Thomas Alva Edison di Amerika, sekitar tahun 1896," kata bapak dua anak ini.

Perbedaan phonograph dari dua perusahaan besar ini, terdapat pada silinder tempat piringan hitam terpasang. Silinder di Phonograph buatan Thomas Alva Edison lebih besar, daripada buatan Pathe.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas