Bambang Menang Pemilu Setelah Keliling Enam Tempat Sakral
Ada ribuan politikus di Jawa Timur, yang memasukkan unsur mistik dan ritual khusus untuk mendapatkan kursi wakil rakyat.
Laporan Tim Liputan Khusus Surya
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ada ribuan politikus di Jawa Timur, yang memasukkan unsur mistik dan ritual khusus untuk mendapatkan kursi wakil rakyat.
Namun, hanya sedikit sekali yang mau mengakuinya. Di antara sedikit politikus yang mau bicara blak-blakan itu adalah Bambang Hariyanto.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini, masih tercatat sebagai anggota DPRD Jatim.
Ia terpilih dalam Pemilu 2009 secara mengesankan. Ia menjadi jawara dalam pengumpulan suara di daerah pemilihan (dapil) Jatim 8.
Sebanyak 87 ribu suara berhasil didulang dari daerah pemilihan yang terbentang mulai Mojokerto, Jombang, Nganjuk, hingga Madiun itu.
Padahal, Bambang saat itu merupakan pendatang baru yang harus bertarung dengan deretan caleg incumbent.
Di balik cerita sukses itu, Bambang Hariyanto mengakui dirinya tidak lepas dari unsur supranatural.
Kala itu, ia menjalani ritual panjang, keliling di enam tempat sakral, dimulai dari ritual mandi di Sendang Towo di Trowulan, Mojokerto.
Sendang Towo menjadi jujugan para pemburu tahta. Di malam-malam terntentu utamanya malam Jumat, pemandian penuh.
Di musim pemilu ini, mayoritas yang datang adalah caleg.
Dari sendang Towo Trowulan, ritual memburu mahkota dilanjutkan Bahar (panggilan Bambang Hariyanto) dengan berkeliling sejumlah tempat sakral.
Di antaranya petilasan Pangeran Kacek di Pace, Kabupaten Nganjuk.
Perjalanan berlanjut ke makam Syech Sulfi di Wilangan, Kanjeng Jimat di Brebek, dan makam Syech Bela Belu Jerung di daerah Pace, Nganjuk.
Prosesi penutup digelar di Trowulan. Tapi, ritual akhir atau penutup ini bukan di Sendang Towo, tempat pembuka ritual dulu, melainkan di Botok Palung atau makam Kubur Satu.
Lokasi penutup ini dipercaya sebagai tempat Raden Wijaya meletakkan batu pertama pembangunan Kerajaan Majapahit dan melepas burung merpati putih.
Di petilasan pendiri Majapahit ini, Bahar mengaku dalam hati berjanji akan berusaha melaksanakan pranatan adil atau menegakkan keadilan saat menjadi anggota dewan. "Selain itu, sejak awal dirinya mencalonkan bersikap ikhlas, pasrah dan lillahi taala," katanya.
Menurut Bahar, semua ritual dilakukan dengan meditasi.
"Saya memanjatkan doa dengan membaca Surat Al Fatikah. Dari doa-doa itu kami semakin percaya diri menghadapi persaingan pada pemilu legislatif," ungkapnya.