Perempuan Caleg Demokrat Semadi di Sungai Pelarian Raja Majapahit
Miftahul Jannah, calon anggota DPRD Ngawi menjadi perhatian publik saat perempuan berjilbab tersebut melakukan ritual.
Laporan Tim Liputan Khusus Surya
TRIBUNNEWS.COM, NGAWI - Miftahul Jannah, calon anggota DPRD Ngawi menjadi perhatian publik saat perempuan berjilbab tersebut melakukan ritual.
Ia kedapatan mandi dengan model semadi di Sungai Tempuk, Alas Ketonggo (Srigati), Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, pekan lalu.
Namun, guru asal Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo, Ngawi ini membantah kegiatannya di sungai tersebut sebagai ritual mistik, agar mulus menjadi anggota DPRD dalam Pemilu 2014.
Ia menyebut, kegiatannya di sungai yang dikenal menjadi tempat mencari berkah tersebut, sebagai riyadloh, sebuah istilah yang biasa dipakai kaum muslim dalam berlatih mendekatkan diri kepada Tuhan.
"Alasan saya mandi di Sungai Tempuk kemarin (12/3 lalu) untuk beriyadloh. Yakni mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menyatukan hati, pikiran dengan alam. Karena kita hidup di alam tujuannya adalah untuk mengenal Allah. Jika beriyadloh maka kita akan ingat siapa Tuhan kita," terang istri Imam Sampurno tersebut.
Kader Partai Demokrat tersebut, mengaku ingin napak tilas sejarah.
Alasannya, sungai Tempuk itu merupakan salah satu lokasi pelarian Raja Majapahit, Brawijaya V setelah kalah perang dengan pasukan Kerajaan Demak.
"Tidak ada persiapan khusus atau doa-doa khusus. Kan saya saat mandi ditemani suami saya. Hanya keinginan hati untuk datang dan beriyadloh di tempat yang pernah menjadi lokasi Raden Brawijaya menyendiri mendekatkan diri kepada pencipta," imbuhnya.
Miftahul juga mengaku tidak memiliki nazar apa pun di sungai tersebut jika nanti dirinya terpilih sebagai anggota DPRD Ngawi.
Disinggung banyaknya caleg yang melakukan ritual di tempat yang itu, perempuan yang biasa dipanggil Miftah ini mengaku tidak tahu.
"Caleg lainnya yang ke sana saya tak tahu dan tak paham. Yang jelas saat saya ke sana banyak pengunjung yang datang. Saya yakin tujuan mereka sama yakni mengetahui tempat bersejarah, doa dan mandi," papar Miftah.