Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

30 Pedagang Asongan Asal Malang Ditelantarkan di Stasiun Blitar

Setelah dibawa ke Blitar dan dibiarkan terlantar sehari semalam di dalam Stasiun Blitar Kota, mereka juga tak diberi minum apalagi makan.

Editor: Sugiyarto
zoom-in 30 Pedagang Asongan Asal Malang Ditelantarkan di Stasiun Blitar
Surya/ Achmad Amru
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Nasib ke-30 pedagang asongan ini sepertinya sengaja dibuat tak jelas. Setelah dibawa ke Blitar dan dibiarkan terlantar sehari semalam di dalam Stasiun Blitar Kota, mereka juga tak diberi minum apalagi makan.

Jumat (2/5/2014) siang, ke-30 pedagang asongan yang biasa mangkal di Stasiun KA Kepanjen, Kab Malang ini dibiarkan lontang-lantung dalam Stasiun Blitar Kota.

Jangankan dibolehkan berjualan, sekadar keluar dari stasiun saja, mereka diawasi petugas keamanan stasiun tersebut.

"Sejak dibuang ke sini kemarin, kami dibiarkan terlantar, tanpa diberi tahu maksudnya. Kami ini punya anak istri yang butuh makan di rumah. Saat ini, kami kasihan pada pedagang yang tak punya uang sehingga kami makan saja harus beli patungan," kata Seno, juru bicara pedagang asongan tersebut.

Mengapa tak pulang dan menginap di stasiun? Menurut Seno, sejak dirinya bersama teman-temannya dibuang ke Blitar Kamis (1/5/2014) siang kemarin, akhirnya bersepakat, untuk tak pulang sekalian. Tujuannya, agar tahu kejelasan nasibnya, mengapa sampai dirinya dibawa ke Blitar.

"Kemarin, kami dipaksa-paksa dan dibawa ke sini itu maunya apa? Apalagi sampai melibatkan petugas TNI. Kalau nggak jelas begini, buat apa kami dibuang ke sini," papar Seno, pedagang kacang goreng asal Gadang, Kota Malang ini.

Karena tak jelas nasibnya itu, mereka mulai resah. Bahkan, mereka mulai berteriak-teriak setiap melihat ada petugas stasiun, yang melintas di depannya.

Berita Rekomendasi

"Pak, kami ini manusia, butuh makan dan mandi, masak kami ditelantarkan seperti ini. Kalau nggak tanggung jawab begini, kenapa kami kemarin dipaksa dan dinaikkan KA ke sini," teriak Pinto, pedagang koran yang melihat petugas melintas di depannya.

Tepat pukul 14.30 WIB, perwakilan pedagang asongan itu diterima Winarto, Humas KAI Daop 8 Surabaya, di ruang kepala Stasiun Blitar Kota.

Hasil pertemuannya, pihak KAI tetap melarang mereka berdagang dalam KA atau di stasiun. "Kenapa mereka kami larang? Itu karena PT KAI ingin berbenah, untuk memanjakan penumpang. Sebab, yang memberikan konstribusi ke kita adalah penumpang," ungkapnya.

Selama ini, papar dia, PT KAI sudah menawarkan pekerjaan lain buat mereka. Kalau mereka ingin jadi sopir, misalnya, PT KAI siap mengkursuskan gratis. Namun ternyata mereka tak mau menerima tawaran itu. 

Terkait aksi petugas berdoreng yang memaksa para pedagang asongan dibawa ke Blitar itu, menurut Winarto, mereka itu memang dimintai bantuan untuk menertibkan para pedagangan asongan KA atau pedagang yang berjualan di areal sekitar stasiun.

Karena para pedagang menolak larangan berdagang di KA atau stasiun, sepertinya pertemuan itu tak ada hasilnya. Mereka mengaku akan tetap berjualan di dalam KA dan stasiun.

"Kami ini berjualan di KA itu sudah bertahun-tahun. Namun, kalau dibubarkan, kami menolak. Sebaliknya, kalau ditata dengan baik-baik, kami akan menurut," paparnya.

Hingga pukul 14.00 WIB, ke-30 pedagang itu tetap berada di dalam stasiun. "Kami belum ada rencana pulang, karena kami masih mencari kesepakatan lain, agar kami tetap bisa berjualan di KA atau di stasiun.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas