Jokowi: Mengapa Majapahit Jaya?
Saya berikan contoh, kenapa zaman Majapahit dulu kita jaya? Karena kita saat itu yang dikerjakan fokusnya ada di maritim.
Editor: Sugiyarto
Tribunnews/Dany Permana
Bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan partai pendukung, Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) bersiap menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis (22/5/2014). Pemeriksaan kesehatan tersebut merupakan satu di antara sejumlah syarat wajib yang diberlakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) bagi capres dan cawapres untuk mengikuti Pilpres pada Juli mendatang. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)
Laporan: Syaiful Syafar
TRIBUNNEWS.COM - DIREKTUR Utama Onyx Radio 88.7, Balikpapan, Galih MP sempat mengajukan pertanyaan kepada Jokowi. "Pendengar kita adalah komunitas muda, umur 20-40 tahun. Di situ kebanyakan pertanyaan besar adalah persoalah sejarah. Negara yang besar adalah negara yang mengingat sejarahnya. Jadi yang saya dapat dari teman-teman komunitas di lapangan, kebanyakan di Balikpapan belum tahu sejarah kotanya. Kira-kira seperti apa solusi untuk menanamkan nilai-nilai itu, agar generasi kita menghargai sejarah? Mungkin sekaligus bisa menyapa pendengar kita di Balikpapan...."
Mendengar jawaban itu, Jokowi menjawab. "Selamat malam seluruh pendengar radio Onyx di Balikpapan. Jadi masalah sejarah begini, kenapa waktu kita kampanye pertama itu bergerak dari satu museum ke museum lain? Pertama museum pergerakan Budi Utomo kemudian ke Museum Pemuda, dan Museum Proklamasi. Urut seperti itu karena jejak sejarah seperti itu penting. Saya berikan contoh, kenapa zaman Majapahit dulu kita jaya? Karena kita saat itu yang dikerjakan fokusnya ada di maritim. Kenapa zaman Sriwijaya itu juga jauh bisa menguasai perdagangan hampir di Asia Tenggara? Karena juga maritim. Begitu ini kita tinggalkan pelan-pelan nggak terasa masuk ke darat itulah saya kira kita mulai penuruan terjadi."
"Infrastruktur kita ini harusnya kelautan yang di negara manapun transportasi paling murah. Kan kita punya laut. Kalau nggak kereta. Bukan truk, bis, bukan pesawat. Di negara daratan mesti rel, di negara kelautan ya laut. Jejak sejarah seperti itulah yang harus dilestarikan. Sejarah yang berangsur surut harus disuntik lagi, kita ingatkan. Bahwa dulu kita pernah menjadi negara yang pernah besar. Itu hanya bisa diketahui oleh anak-anak kita, caranya lewat pendidikan tadi. Pendidikan kharakter, bercerita bagaimana sejarah tetapi tidak dihafalkan mestinya. Harus diceritakan proses dari sejarah itu. Bagaimana menjadi negara besar. Mendengar jawaban itu, Galih MP kembali bertanya, "Tapi di Balikppapan itu rata-rata masyarakat Balikpapan nggak tahu sejarah kota?"
Jokowi lalu menimpali, "Ya tadi, pendidikan di SD, SMP, SMA/SMK. Pendidikan kharakter harus diberikan, pengenalan lewat diri kita sendiri. Kalau kita nggak mengenali akar budaya kita sendiri, ya nggak ngerti dong. Sehingga lokasi-lokasi yang heritage yang berkaitan dengan kepatriotan di Kaltim, ya kita harus ngerti. Titik-titik perjuangan di sini ada dimana, harus kita gali. Diberikan pemahaman mengenai pengetahuan itu, kalau nggak ya nggak akan ngerti. Semua negara memerlukan itu sebagai penanda."
Pertemuan dengan pimpinan Tribun Kaltim berakhir hingga pukul 23.45. Semuanya terlihat lelah, tetapi ceria karena para simpatisan Jokowi sempat berfoto bareng dengan sang calon presiden. Malam itu juga, Jokowi berangkat ke Samarinda.