Pandai Besi Tanjung Dayang Banyak yang Beralih Profesi Jadi Petani
pengrajin pandai besi khususnya di Desa Tanjung Dayang Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir (OI), beralih menjadi petani karet, sawit
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, INDRALAYA - Sejak adanya racun herbisida yang berfungsi sebagai alat membunuh rumput, membuat sebagian pengrajin pandai besi khususnya di Desa Tanjung Dayang Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir (OI), beralih menjadi petani karet, sawit dan lain sebagainya.
Pasalnya masyarakat yang menggunakan alat tersebut sudah banyak berkurang.
Agus Salim (41) yang kesehariannya merupakan pengusaha pandai besi di Desa Tanjung Dayang Kecamatan Indralaya Selatan sekaligus merupakan penjual barang hasil kerajinan pandai besi berupa parang, pisau, arit dan lain sebagainya membenarkan adanya sebagian pandai besi beralih jadi petani.
Menurut bapak 4 anak ini, beralihnya pengrajin pandai besi menjadi petani dikarenakan pemasaran barang yang kian lama kian berkurang, jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.
“Iya, disaat belum banyaknya warga yang menggunakan herbisida atau mesin pembasmi rumput. Hasil kerajinan pandai besi milik saya mampu dipasarkan di luar Kabupaten OI, seperti Kabupaten Muara Enim, Prabumulih bahkan mencapai ke Palembang,” ungkapnya, Jumat (30/5).
Namun, lanjutnya, sejak banyaknya warga yang beralih ke mesin herbisida untuk pembasmi rumput tentu saja berdampak buruk bagi warga yang berprofesi sebagai pandai besi hingga mereka lebih memilih untuk menjadi petani.
Dijelaskan Agus Salim, saat ini pihaknya hanya memasarkan hasil kerajinan pandai besi miliknya di daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan saja.
Dikarenakan, warga yang bermukim di Kabupaten OKU Selatan banyak yang masih menggunakan peralatan tradisional untuk memotong rumput seperti parang dan arit.
“Saat ini, suplai hasil kerajinan hanya di OKU Selatan saja,” jelasnya.
Dikatakan Agus, kendati tergolong cukup sulit dalam memasarkan hasil kerajinan pandai besi miliknya itu, namun pihaknya dalam sehari mampu menghasilkan sebanyak 15-20 buah kerajinan besi berupa parang yang dikerjakan minimal dua orang.
“Harganya pun, dijual cukup bervariasi dari Rp 40-50 ribu perbuah,” tukasnya.