Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

30 Mahasiswa IAIN Sunan Walisongo Bersilaturahmi dengan Romo Budhenk

30 mahasiswa IAIN Sunan Walisongo silaturahmi dengan Romo Budhenk. Mereka belajar mengenal Kekatolikan dan perihal Gereja Katolik sebagai tugas kuliah

Editor: Domu D. Ambarita
zoom-in 30 Mahasiswa IAIN Sunan Walisongo Bersilaturahmi dengan Romo Budhenk
Tribun Jateng/Adi Prianggoro
KIDUNG DAMAI - Romo Aloysius Budi di tengah para undangan yang menyaksikan perhelatan Kidung Damai di Gereja Isa Almasih Jemaat Pringgading, Semarang Tengah, Selasa (29/10/2013) malam. 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Sebanyak 30 mahasiswa mahasiswi-mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Sunan Walisongo, Semarang bersilaturahmi ke Pastoran Kebon Dalem, Sabtu (30/5/2104). Mereka bertemu dan belajar mengenal Kekatolikan dan perihal Gereja Katolik dari Pastor Paroki setempat, Romo Aloys Budi Purnomo Pr.

"Dengan mengenal Kekatolikan, kami bisa memahami perbedaan dan saling menghargai perbedaan itu," ujar Romo Aloys Budi mengutip Luqman salah satu dari puluhan mahasiswa dalam pernyataan yang diterima Tribun, Minggu (1/6/2014). Selain Luqman, mahasiswa- mahasiswi IAIN itu antara lain Samsul, Ulfa, Zulaikha, dan Gofar.

kepada saya dan teman-teman lainnya, termasuk kepada sejumlah orang muda Katolik yang saya minta ikut jadi tuan rumah menyambut mereka.

Kedatangan mereka ke Kebon Dalem tidak spontan. Ini sudah direncanakan beberapa waktu laku, ketika empat orang dari mereka menemui Romo Budhenk, sapaan Romo Aloys. Acaranya pun disepakati. Diawali dengan penjelasan tentang Kekatolikan pukul 16.00-17.00, lalu melihat tata cara ibadat Katolik pukul 17.30-19.00 dan tanya jawab setelah makan malam bersama.

"Sekitar pukul 15.30 mereka datang. Mereka menanyakan masjid terdekat karena mau sholat. Saya tunjukkan masjid terdekat dan mereka sholat di situ. Setelah sholat, kami melanjutkan acara seperti sudah saya sampaikan tadi," ujar Romo Budhenk.

Bagi Romo Budhenk, mereka mau datang dan ingin tahu tentang Kekatolikan, hal itu bukan dalam katekumenat melainkan dalam rangka upaya melek agama lain. Ini semangat yang bagus untuk anak-anak muda. "Hemat saya, anak-anak muda harus diajak untuk melek agama lain. Dengan demikian fanatisme dan radikalitas bisa ditangkal," katanya.

Sekitar satu seperempat jam mereka mendengarkan info-info seputar Kekatolikan, mulai dari institusi Gereja Katolik hingga spirit pelayanan dan landasan iman akan Tritunggal Mahakudus. Saya juga terangkan pandangan positif Gereja Katolik terhadap agama-agama lain seperti tertulis dalam Nostra Aetate.

Setelah itu mereka menikmati makanan ringan. Lalu Romo Budhenk berangkat ke gereja untuk persiapan misa. Seperti biasa, sebelum misa, saya selalu berdiri di depan pintu gereja untuk menyalami umat. Lima menit menjelang misa mulai, teman-teman mahasiswi-mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Walisongo juga ke gereja. Rupanya, mereka mau melihat, mengamati dan menyaksikan apa yang terjadi dengan tata ibadat Katolik melalui Perayaan Ekaristi.
Para mahasiswa-mahasiswi IAIN Walisongo ini tak hanya mendengar tentang Kekatolikan, tetapi juga melihat, mengamati dan turut merasakan suasana tata ibadat Perayaan Ekaristi.

Perayaan Ekaristi berjalan seperti biasa dengan keistimewa kehadiran mahasiswa yang sedang belajar untuk tahu apa dan bagaimana itu Gereja Katolik. Kebetulan ritus tobat menggunakan cara percikan air suci "Asperges me".

Sebelum percikan dimulai, Romo Budhenk, memberi penjelasan. "Percikan air ini adalah percikan air suci. Bukan untuk baptisan melainkan untuk pembersihan. Kalau teman-teman mau sholat harus wudhlu terlebih dahulu, percikan air suci itu bisa dianggap wudhlu ala Katolik. Dan mereka pun mengikuti ritus percikan dengan tenang dan khusyuk," kata Romo Budhenk.

Di saat homili atau khotbah dimulai, waktu menunjukkan pukul 17.55. Romo Budhenk mengawali homili  dengan mengatakan, "Teman-teman dari IAIN yang terkasih. Sekarang sudah pukul 17.55. Masih ada kesempatan untuk mendirikan sholat magrib. Selama saya kotbah/homili, silakan kalian sholat magrib di pastoran."

Sejumlah aktivis Orang Muda Katolik (OMK) yang membantu saya menyambut mereka maju menjemput mereka dan mengantar ke pastoran untuk sholat magrib. Romo Budhenk melanjutkan homili. Dua puluh menit kemudian mereka masuk lagi di gereja persis saat Romo menutup homili. Di akhir homili yang tegaskan lagi kutipan dari bacaan kedua, "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu." (1 Petrus 4:14)

Bisa jadi, meski tidak mengimani Kristus, hanya karena teman-teman IAIN hadir dalam Misa dalam rangka belajar kenal bukan dalam rangka iman pun, mereka akan "dinista karena nama Kristus". Maka saya tegaskan, "Berbahagialah! Jangan takut! Anda semua tetap seorang muslim yang membawa rahmatanlilalamin!"

Di akhir Misa, kebetulan kemarin sore adalah penutupan bulan Mei sebagai bulan Maria. Saya pun mengajak mereka tahu sikap dan iman Katolik terhadap Bunda Maria yang dalam Alquran disebut Siti Maryam, ibunda Isa Almasih. Mereka pun ikut dalam ritus ini dengan khidmat! Sungguh mereka pun telah menjadi berkat bagi umat dan masyarakat!

Selesai Misa, kami makan malam bersama di pastoran. Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan tanya jawab hingga pukul 21.00. Mereka pulang. Mas Luqman pun mengirimkan sms sebagai berikut, "Romo, matur nuwun nggeh.., sudah memberikan pengalaman yang luar biasa... Semoga silatrahmi ini nanti bisa tetap berlanjut..."

Semoga semakin terjalinlah persaudaraa sejati di tengah bahaya-bahaya laten kekerasan yang mudah meletup di negeri ini. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas