Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dolly Ditutup, PSK Dolly Diprediksi Hijrah ke Bali

"Dari hasil pengamatan yang kami datangi, prostitusi banyak terjadi di salon, panti pijat, karaoke dan cafe," terang pria sekaligus Direktur Gerasa

zoom-in Dolly Ditutup,  PSK Dolly Diprediksi Hijrah ke Bali
ruanghati.com
PSK DOlly 

TRIBUNNEWS.COM,DENPASAR - TEMPAT prostitusi Dolly di Surabaya yang mempekerjakan sekitar 1.448 pekerja seks komersial (PSK) ini bakal ditutup Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.

Penutupan ini rencananya dilakukan 18 Juli mendatang.

Dari jumlah PSK yang bekerja aktif di sana, 168 PSK di antaranya positif terjangkit Human Immunodefiency Virus (HIV).

Oleh walikota, PSK yang terjangkit tersebut akan dibina pemerintah.

Selama proses penutupan ini belum berjalan, sempat ada wacana bahwa para PSK ini dikhawatirkan akan hijrah ke tempat-tempat prostitusi terdekat, seperti Pulau Bali.
Pulau Bali yang dijadikan destinasi pelancong asing ini diprediksi bakal menjadi daya tarik bagi PSK untuk mencari rupiah.

Meski hanya sebatas wacana, Master of Trainer counselor Human Immunodefiency Virus (HIV) dan Voluntary Counselling Testing (VCT) Nasional, Erijadi Sulaeman, dibuat kalang kabut.

Sebab selama fokus mengontrol dan memberikan konselor pada para penderita HIV di Bali masih belum tuntas. Bahkan cenderung semakin meningkat.

"Saya bersama LSM di Bali sering gencar memberikan program, info dan edukasi pada masyarakat dan pemerintah. Namun nyatanya masalah ini belum tuntas," ujar Ery, sapaan akrabnya, Rabu (04/06).

Ery menyebutkan, total jumlah penderita HIV di wilayah Bali sebanyak 3.659 orang. Masing-masing meliputi, Denpasar 1648 orang, Buleleng 799 orang, Badung 603 orang, Tabanan 175 orang, Gianyar 164 orang, Karangasem 106 orang, Jembrana 71 orang, Klungkung 49, dan Bangli 44 orang.

Kasus di Denpasar paling banyak karena destinasi yang paling sering dijujugi adalah wilayah Denpasar.

"Dari hasil pengamatan yang kami datangi, prostitusi banyak terjadi di salon, panti pijat, karaoke dan cafe," terang pria sekaligus Direktur Gerasa ini.

Lanjut Ery, kasus penyebaran HIV dan AIDS tertular melalui hubungan intim.

Ia menyebutkan jumlahnya, sebanyak 3.573 kasus melalui hubungan seks heteroseksual, 778 kasus melalui Injecting Drugs User (IDU), 204 kasus melalui homoseks, 141 kasus tidak diketahui penyebabnya, 123 kasus melalui perinatal atau berhubungan di saat kehamilan, dan 14 kasus melalui biseksual.

Ery mengatakan, penular virus mematikan ini kebanyakan dilakukan oleh para PSK. Mereka yang terjangkit bisa masuk kategori usia produktif dari usia 20 sampai 35 tahun.

Inilah yang membuat pusing Ery sebagai konseling HIV dan VCT khawatir. Sebab dari ungkapan para PSK, banyak pelanggan seks tidak mau memakai kondom saat berhubungan intim.

Kemudian suaminya menularkan penyakit tersebut ke istrinya di rumah. Jika sudah terinfeksi, bisa dipastikan janin bakal terjangkit.

"Itulah mengapa banyak kasus istri atau bayi yang dilahirkan terkena virus HIV. Kami kesulitan mengedukasi mereka, sementara tempat-tempat penjualan prostitusi semakin menyebar," pungkasnya.

Manjain Bule Agar Jadi Pelanggan

BANYAK cara yang dilakukan oleh para pekerja seks komersial (PSK) untuk mendapatkan klien tajir, terutama para bule. Mereka rela mengeluarkan fulus untuk sekadar membeli minuman untuk nongkrong di klab malam.

Ini salah satu cara untuk memancing para pelanggan.

"Biasanya mereka memancing, dengan masuk ke diskotek, membeli minuman. Di sana mereka mulai mencari mangsa para turis asing," kata pegiat Yayasan Kertipraja, Heri Hutomo di Kuta, Bali, seperti dilansir Merdeka.com belum lama ini.

Yayasan Kertapraja adalah sebuah yayasan yang konsen memberikan bimbingan dan konseling kepada para PSK di Bali agar mereka terhindar dari penyakit kelamin, atau pun HIV/AIDS.

Memancing turis dengan mengeluarkan modal duluan ini sering sukses, artinya para PSK itu berhasil menggaet turis untuk kencan dengan bayaran yang cukup fantastis.
"Biasanya ada yang mencapai satu juta satu kali main," tutur Heri.

Namun ada juga PSK yang apes. Meski telah mengeluarkan modal untuk beli minuman dan membayar sejumlah uang untuk masuk kelab malam, namun klien yang dicari, tiada didapati.

"Kadang ada yang nggak dapat juga. Gak semuanya berhasil," ujar alumnus Antropologi Universitas Udayana tersebut.

Heri bahkan bercerita, ada juga para PSK yang mendekati turis asing dengan tujuan untuk dijadikan pasangan hidup.

Harapannya, masa depan dijamin cerah dan derajat akan naik. Dan tentunya, mereka bisa pensiun dari profesi sebagai PSK.

"Saya punya teman PSK, dia akhirnya dijadikan istri dan dibawa pulang ke negeri asalnya di Australia," cerita Heri.

Fenomena seperti yang diceritakan oleh Heri juga banyak terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur.

Banyak cewek-cewek di Banyuwangi yang bekerja di Bali dipersunting oleh turis asing, dan akhirnya menjadi kaya raya.

Selain dibawa pulang ke negara asalnya, tak sedikit juga para turis tersebut menetap di Banyuwangi.

Di Banyuwangi, mereka membangun rumah mewah, bahkan ada yang bikin perusahaan-perusahaan. Kehidupan sang wanita pun akhirnya terangkat lantaran menikah dengan bule, atau turis dari Jepang.

"Ada memang yang ingin mengubah nasib dengan 'memancing' bule," ujar Heri.

Pemerintah Diminta Seriusi Soal HIV

PENUTUPAN lokalisasi Dolly diprediksi bakal berdampak besar tak hanya bagi pulau Bali, tetapi juga wilayah lainnya di Indonesia.

Penularan infeksi HIV dan AIDS bakal semakin parah dan tidak terkontrol jika tidak segera ditindaklanjuti dari sekarang.

Ery mengatakan, LSM yang ada di Surabaya aktif melakukan pendataan jumlah para PSK, terutama yang positif terjangkit HIV. Bahkan mereka diberikan pendampingan setiap harinya.

Selama 13 tahun menekuni permasalahan tersebut, Ery berharap ada tindakan yang pasti dari pemerintah setempat melalui lintas sektoral.

Artinya, semua instansi pemerintah harus aktif dan ikut terlibat dalam penanganannya.

"Mulai sekarang Pemerintah wajib serius dalam penanganan epidemi HIV sebelum menjadi bencana yang lebih parah lagi kedepannya," ujarnya.

Selain pemerintah, masyarakat diharapkan supaya lebih cerdas membekali diri dengan informasi dan edukasi yang lengkap tentang HIV dan AIDS.

"Tujuannya agar masyarakat tidak lagi mendiskriminasi para penderita HIV dan AIDS," terangnya.


Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas