Sambut Pilpres, Ritual Satrio Piningit dari Lereng Merapi
Dia juga harus mau berjuang untuk rakyat. Berani memberantas pejabat yang tidak benar.
TRIBUNNEWS.COM,YOGYA - Pemilihan Presiden (pilpres) yang akan diselenggarakan pada tanggal 9 Juli mendatang, menarik perhatian warga masyarakat.
Beberapa diantaranya mengkritisi, penasaran dan melakukan aksi kesenian menyambut Pilpres.
Seperti yang dilakukan puluhan warga di Desa Ngargosuko, Kecamatan Srumbung, yang berada di lereng gunung Merapi yang mengelar ritual satrio piningit untuk mendapatkan seorang presiden yang sifatnya seperti Satrio Piningit.
SEORANG pria berjubah putih memasuki sebuah tanah lapang berukuran 5x5 meter.
Mulutnya komat-kamit seolah merapal doa kepada sang pencipta. Bau bunga dan dupa meyeruak saat pria itu memanjatkan doa.
Sementara di belakang pria tersebut, berdiri sebuah lukisan yang menggambarkan sosok satrio piningit.
Dalam memanjatkan doa tersebut, sosok pria Satrio Piningit yang diperankan oleh seniman lereng Merapi, Agus Merapi tersebut mendapat gangguan.
Puluhan pengganggu atau setan yang digambarkan dengan puluhan pria dengan tubuh berwarna hitam mulai mengganggu pria tersebut.
Suara tabuhan jathilan pun mengiringi pentas tersebut.
Namun demikian, sang pria tersebut berhasil menaklukan para pengganggu.
Bahkan, para pengganggu tersebut akhirnya justru memilih Satrio Piningit sebagai seorang pemimpinnya.
Itulah penggalan cerita dari pentas ritual Satrio Piningit.
Pemimpin ritual, Agus Merapi menjelaskan, dalam ritual tersebut digambarkan bagaimana dalam masa jaman Majapahit dulu terdapat dua pemimpin yakni Patih Hayam Wuruk dan Gajah Mada.
Hal itu sama dengan Pilpres tahun ini yang capresnya juga ada dua orang.
Dengan ritual yang dilakukan, ujarnya diharapkan nantinya pemimpin yang terpilih tidak hanya bersosok satrio piningit namun juga memiliki sifatnya.
Dalam hal ini, orang terpilih tersebut harus berani dalam menumpas setiap jenis kejahatan dan keburukan yang terjadi selama ini serta yang akan datang.
"Dia juga harus mau berjuang untuk rakyat. Berani memberantas pejabat yang tidak benar. Indonesia akan makmur dan sejahtera jika mendapat pemimpin seperti itu," imbuhnya.
Menurut Agus, proses menuju terpilihnya pemimpin yang diinginkan tidak semudah dan semulus yang diharapkan. Banyak godaan dan halangan baik dari lingkungan maupun orang- orang di sekitar capres. Namun demikian, pada akhirnya para pengacau dan pengganggu tersebut akhirnya bersatu mendukung pemimpin terpilih.
"Pesta demokrasi ini, sebenarnya adalah saatnya untuk membangkitkan kejayaan jaman Majapahit yang kedua. Bedanya, dua pemimpin yang kita harapkan ini berdiri sendiri, tidak bergabung. Siapa yang terpilih nantinya, ya itulah yang terbaik untuk masa depan Indonesia," ujar Agus.
Salah seorang warga, Saryoto menambahkan, ritual satrio piningit merupakan rangkaian dari kegiatan khataman Pondok Pesantren Mistakhudh Dholam di desa tersebut yang dilaksanakan setiap tahun.
"Bedanya, tahun ini sedikit lebih meriah karena menjelang pelaksanaan Pilpres," ujarnya.
Selain syukuran dalam rangka khataman, ungkapnya rangkaian kegiatan ini juga untuk menyambut Pilpres dan kurmat merapi (sesaji gunung).
Dia menambahkan, pada tahun- tahun sebelumnya, khataman hanya diisi dengan arak- arakan menggunakan sepeda motor, pengajian, dan pentas kesenian tradisional seperti soreng, topeng ireng, dan jathilan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.