Muslim Pencari Suaka Tetap Berpuasa Meski Serba Terbatas
Mereka yang memeluk agama Islam tetap menjalankan ibadah puasa di bulan suci, Ramadan.
Editor: Dewi Agustina
HIDUP terisolasi, jauh dari keluarga dan negaranya, tak menyurutkan semangat beribadah penghuni Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado. Mereka yang memeluk agama Islam tetap menjalankan ibadah puasa di bulan suci, Ramadan.
DARI kejauhan Rudenim Manado, di bilangan Jalan Ringroad, Kelurahan Malendeng, Kecamatan Paal II terihat sepi. Tempat karantina imigran gelap itu menampung sementara orang asing yang diusir dari negaranya, dideportasi, atau tidakan melanggar keimigrasian lainnya.
"Mereka hanya pencari suaka," ujar I Nyoman Gede Surya Mataram, Kepala Rudenim saat ditemui Tribun Manado (Tribunnews.com Network) di dalam ruangan tunggu Rudenim Manado, pekan lalu.
Dijelaskannya, sebanyak 146 dari total 153 deteni merupakan warga negara asing yang beragama Islam. Mereka berasal dari berbagai macam negara antara lain, Afganistan, Myanmar, Somalia, Sudan, Filipina, Bangladesh, dan Myanmar.
Para deteni sedang menjalankan puasa. Meski serba terbatas, mereka menyediakan bahan makanan untuk sahur maupun buka puasa. Bahan bakar seperti tabung gas hingga air mineral asli disediakan oleh IOM (International Organization for Migration/Organisasi Migrasi Internasional).
Pantauan Tribun Manado, Rudenim tertutup rapat oleh pagar besi yang sangat tinggi melingkari bangunan. Pada bagian pagarnya dipenuhi kawat berduri. Dari depan jalan aspal yang menanjak terdapat kantor.
Di belakang kantor itulah menjadi tempat tinggal para deteni. Untuk masuk ke dalam harus melewati petugas yang berjumlah cukup banyak. Petugas menerapkan pengamanan yang super ketat.
Rudenim terdapat 16 blok. Masing-masing blok mampu menampung delapan orang. Selain itu, bagi para deteni yang beragama Islam, tersedia musala yang luas.
Menurut I Nyoman, deteni yang sedang menjalankan puasa melakukan ibadah sendiri. Pasalnya, setiap deteni berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda.
"Karena bahasa tidak nyambung," terangnya.
Di saat puasa, pukul 11.00 Wita, para deteni terlihat sedang duduk di lantai yang seluruhnya berbahan keramik. Ada juga yang duduk pada teras blok sembari membaca buku. Lainnya terlihat santai sembari menggenggam ponsel memutar musik dan sebagainya.
"Kebetulan, mereka tidak memiliki keluarga di sini, jadi hanya berkomunikasi lewat telepon," kata Kepala Rudenim.
Maksimal 1,5 tahun, lanjut I Nyoman, deteni dipindahkan antara lain ke penampungan yang berlokasi di Makassar, Medan, atau Jakarta. Dan itu tergantung keputusan dari pusat.
"Selama di dalam (Rudenim), mereka bisa melakukan kegiatan belajar bahasa Inggris, komputer, olahraga, dan sebagainya," kata I Nyoman sembari berjalan menunjukkan beberapa bilik tempat tinggal para deteni.
Beberapa orang asing yang menjadi penghuni di situ, antara lain ingin mencari suaka ke Australia. Nah, saat melewati Indonesia, kapal mereka terdampar dan sebagainya.
"Dari seluruh deteni, hanya dua deteni asal Filipina dari Lapas Bitung karena melakukan kesalahan yakni melanggar peraturan," jelasnya.
Meski serba kekurangan, I Nyoman berharap tak mengurangi semangat bagi para deteni berpuasa. (alexander pattyranie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.