Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wahai Presiden Baru, Tolong Pulangkan Aku

“Harapan kami tidak muluk-muluk. Kami ingin menjadi warga negara normal. Bisa kembali hidup bersama di rumah dan kampung kami sendiri,” tutur Ustad I

zoom-in Wahai Presiden Baru, Tolong Pulangkan Aku
surya/ahmad zaimul haq
Anak-anak pengungsi Syiah bermain usai belajar menggambar tempat penampungan baru di rumah susun komplek Puspa Agro, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (2/7/2013). 

TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Komisi Pemilihan Umum (KPU), hari ini akan mengumumkan pemenang kursi presiden ketujuh Republik Indonesia.

Belum final memang. Sebab untuk menduduki kursi itu masih perlu menunggu proses hingga sang pemenang benar-benar mengucapkan sumpah jabatan di depan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Meski begitu masyarakat sudah menaruh harapan besar. Terutama masyarakat yang terusir seperti warga Syiah asal Sampang.

Juga masyarakat korban semburan Lumpur Lapindo, yang hak-haknya belum terbayar hingga bertahun-tahun.

Mereka berharap presiden baru bisa menjadi seorang Ratu Adil.

Mereka merindukan lahirnya kebijakan sekaligus kebijaksanaan yang bisa menjamin hak-hak mereka.

“Harapan kami tidak muluk-muluk. Kami ingin menjadi warga negara normal. Bisa kembali hidup bersama di rumah dan kampung kami sendiri,” tutur Ustad  Iklil Al-Milal, warga Syiah saat ditemui di pengungsian, Rumah Susun (Rusun) Pasar Puspa Agro Jemundo, Sidoarjo, Senin (21/7/2014).

Berita Rekomendasi

Di rumah penampungan itu, Iklil hidup bersama sekitar 300 warga Syiah lainnya.

Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben.  

Seingat Iklil, mereka sudah dua tahun hidup serba terbatas di pengungsian Jemundo. Tepatnya sejak Agustus 2012.

Status sebagai pengungsi sudah mereka sandang jauh sebelum boyongan ke Sidoarjo.

Tempat pertama mereka berlindung setelah kampung mereka diserang kelompok lain adalah  GOR Sampang.

Selama delapan bulan mereka hidup di penampungan yang disediakan pemerintah setempat.

Namun pengungsian di tanah kelahiran mereka ini, ternyata aparatur negara tidak bisa menjamin.

Alih-alih menjamin mereka balik ke kampung halaman, menjamin  keselamatan di pengungsian saja sulit mereka wujudkan.

Walhasil mereka pun menerima tawaran mengungsi keluar. Jauh dari jangkauan kelompok penyerang, tetapi jauh dari tanah kelahirannya.

Mereka pun menjadi penghuni rusun yang sebenarnya disediakan buat pedagang pasar Puspa Agro. Di sana mereka bercampur dengan imigran dari Timur Tengah.

Sejak hidup di pengungsian, berbagai usaha mereka lakukan agar bisa kembali ke kampung halaman.

Mereka tetap berharap pada aparat negera, mulai dari pemerintah kabupaten, provinsi hingga pusat.

Terakhir mereka sambat ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka mengirim delegasi dengan bersepeda onthel (pancal) menuju Jakarta.

Suara mereka memang sempat didengar. Presiden SBY turun ke Jatim. Bahkan Pemprov Jatim membentuk tim rekonsiliasi yang bertugas mempersatukan kelompok Syiah ini dengan para pengusirnya.

Tapi kabar upaya itu itu menghilang pelan-pelan. Yang tersisa tetaplah kabar duka warga Syiah di pengasingan.

 Termasuk kabar pengalaman mereka pertama kali mengikuti pesta demokrasi di pengasingan.

”Alhamdulillah kita semua bisa memilih (dalam pilpres lalu),” ujar Umi Kalsum, istri Tajul Muluk, pemimpin jemaah Syiah Sampang.

Kini seperti warga umumnya, warga Syiah menanti pengumuman siapa  presiden baru, yang akan diumumkan KPU, Selasa (22/1/2014) hari ini.  

“Kami sangat berharap presiden baru mendengar suara kami dan bisa mengakhiri penderitaan ,” tutur Umi.

Hidup di pengungsian membuat kehidupan mereka serba susah. Warga yang mayoritas petani desa itu kehilangan mata pencaharian.

Mereka tidak memiliki keahlian untuk mendapatkan ekonomi yang lebih baik.

Mayoritas mereka, kini menjadi buruh di pasar Puspa Agro, yang masih satu kompleks dengan rusun. (ben/idl)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas