Febrian Pamit Beli Sate Ternyata Jadi Korban Mutilasi
Jumat malam sekitar pukul 20.00 WIB, tepatnya tanggal 10 Januari 2014, adalah hari terakhir bagi Sumedi dan Sarti untuk bertemu dengan buah hatinya.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Jumat malam sekitar pukul 20.00 WIB, tepatnya tanggal 10 Januari 2014, adalah hari terakhir bagi Sumedi (40) dan Sarti (43) untuk bertemu dengan 'buah hatinya' Febrian Dela, bocah berusia enam tahun yang jadi korban mutilasi di Rokan Hilir.
Sejak saat itu, kedua orangtua korban ini tidak lagi dapat bertemu dengan anak kandungnya. Mereka tak menyangka anaknya dimutilasi oleh MD. Padahal, mereka mengenal siapa MD sebenarnya, termasuk dimana dia tinggal.
"MD itu adalah pedagang sate keliling. Dia biasa dipanggil Buyung. Saya tahu siapa dia. Hampir setiap hari dia mangkal sama gerobaknya di depan rumah saya," kata ayah korban, Sumedi kepada Tribun Pekanbaru (Tribunnews.com Network) saat ditemui di RS Bhayangkara Polda Riau, Kamis (14/8/2014) siang.
Warga Desa Sungai Rangor, Kecamatan Rantau Kopar, Kabupaten Rokan Hilir ini menuturkan sebelum kejadian, anaknya pergi membeli sate. Setelah itu anaknya tidak kembali. Bahkan, ia sempat mencari anaknya kesana kemarin. Tapi hasilnya nol besar.
Tidak hanya itu, bahkan hilangnya anak ketiga dari lima bersaudara itu juga telah dilaporkan ke kantor polisi Polsek Rantau Kopar. Tapi laporannya tidak membuahkan hasil.
"Saya tahunya anak saya jadi korban mutilasi setelah diberitahu polisi," ujar Sumedi.
Sementara itu, ibu korban mengaku bahwa saat ini ia masih membayangkan tingkah laku anaknya. Menurutnya, anaknya itu adalah anak yang cerdas. Dia selalu bisa mencairkan suasana. Tidak hanya itu, teman-temannya juga banyak.
"Saat ini, anak saya itu masih terdaftar sebagai murid TK Paud Negeri Bertuah yang letaknya tidak jauh dari rumah. Seandainya dia tidak jadi korban mutilasi, keluarga kami pasti ramai. Karena dia bisa mencairkan suasana," ujar Sarti.
Kedua orangtua korban mutilasi ini berharap agar pelaku dihukum seberat-beratnya. Apalagi keinginan pelaku untuk memutilasi anaknya dan beberapa korban lain, karena pelaku ingin jadi dukun.
"Ini tidak bisa kami terima. Kami berharap pelaku dihukum berat," tambah Sumedi.
Pantauan Tribun Pekanbaru (Tribunnews.com Network) , orangtua korban datang ke RS Bhayangkara polda Riau sekitar pukul 11.00 WIB. Mereka datang dari kampung halamannya di Rokan Hilir setelah dipanggil oleh pihak kepolisian untuk melakukan tes DNA.
Kedua orangtua korban, datang ke Rs Bhayangkara didampingi Kapolsek Rantau Kopar Ipda Sudanarso, Plt Kepala Desa Sungai Rangor Kecamatan Rantau Kopar April Manri (38), dan Kepala Desa Bagan Cempedak Rantau Kopar Zulyunsep (33).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.