News Analysis : Memang Harus "ISIS"
Ada pengajian yang dianggap aneh, sudah langsung dituduh bagian dari ISIS. Ada masjid yang dilihat tidak wajar, sudah dicap ISIS.
News Analysis
Miftah Faridl
Jurnalis Harian Surya
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Satu bulan ini, masyarakat Indonesia diberi tiga pilihan topik berita besar.
Pertama, terkait gugatan Pilpres di Mahkamah Konstitusi. Lalu Sepak terjang ISIS dan masalah ganguan bipolar mantan artis cilik Marshanda. Tidak ada pilihan lain.
Mungkin ISIS-lah menurut saya seksi untuk diulas setiap hari. Menggelitik.
Itulah kata pertama yang saya ucapkan untuk menggambarkan semua hiruk pikuk, baik pemberitaan maupun perilaku pejabat menyikapi ISIS.
Gerakan perlawanan di Suriah dan Irak ini menjadi penyebab penyakit baru di Indonesia, yakni latah.
Bayangkan saja, ISIS dibahas mulai dari tingkat RT sampai presiden. Mulai dari masyarakat sipil sampai tentara.
Semuanya sepakat, ISIS dan ajarannya dilarang ada di Bumi Indonesia. Haram hukumnya.
Belakangan, Gubernur Jatim Soekarwo sampai merasa perlu menerbitkan peraturan gubernur berisi larangan kegiatan dan segala tetek bengek yang berkaitan dengan ISIS di tanah Jatim.
Belum lagi rilis WikiLeak yang menyebutkan ISIS adalah buah karya operasi intelijen Amerika Serikat, Inggris dan Israel.
Edward Snowden, mantan karyawan badan intelijen AS, CIA yang mengungkapkan fakta konspiratif itu.
Okelah, saya sepakat ISIS memang mempertontonkan dan mengajarkan hal-hal yang berbahaya. Meski secara cita-cita, saya sepakat karena menginginkan daulah islamiyah.
Namun yang jadi masalah adalah bagaimana mereka memperjuangkan cita-cita itu.
Persoalannya, setiap hari semakin banyak pejabat negara berbicara ngalor-ngidul tentang ISIS tetapi sesungguhnya omongan itu hanya NOL BESAR.