Perahu Terbalik, Dua Nelayan Pangandaran Lolos dari Maut
Ribuan nelayan di Pantai Pangandaran, dan Pamayangsari Tasikmalaya, terpaksa menganggur akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, TASIKMALAYA - Ribuan nelayan di Pantai Pangandaran, dan Pamayangsari Tasikmalaya, terpaksa menganggur akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi.
Akibat gelombang tinggi, dua nelayan Herman (50) dan Erus (42), asal Kampung Talanca Dusun Pantai Timur RT 02/02, Desa/Kecamatan/Kabupaten Pangandaran, nyaris tewas setelah perahu yang mereka gunakan terbalik diterjang gelombang di 5 mil laut lepas Pantai Pananjung Pangandaran, Kamis (14/8) malam.
Saat ditemukan, kedua nelayan itu sedang berupaya menyelamatkan diri dengan berpegangan di bangkai perahu mereka.
"Alhamdulillah, kedua nelayan tersebut selamat," ujar Ketua Himpunan Nelatan Seluruh Indonesia (HNSI) Ciamis-Pangandaran, Jeje Wiradinata,Jumat (15/8).
Kondisi pancleklik dan sulit ikan, menurut Jeje, sudah berlangsung sejak dua bulan lalu. Cuaca buruk itu ditandai angin kencang dan volume hujan yang tinggi.
"Sebenarnya sekarang sudah masuk musim kemarau, saatnya para nelayan panen. Tetapi kenyataannya, sekarang banyak hujan, gelombang tinggi, ombak besar dan di lepas laut sering ada badai," kata Jeje.
Ratusan nelayan Pamayangsari, Desa Cikawunggading, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, terpaksa menganggur karena tak bisa melaut akibat cuaca buruk. Padahal bulan ini laut selatan siap dipanen hingga September mendatang.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tasikmalaya, Dedi Mulyadi, Jumat (15/8), mengatakan cuaca buruk serta gelombang tinggi yang terjadi belakangan ini menjadi kendala para nelayan untuk melaut. Dari pada berisiko jika memaksakan mencari ikan, kata Dedi, para nelayan memilih berdiam di rumah.
"Kegiatan nelayan hanya memperbaiki perahu atau jaring. Sebagian lainnya mencari nafkah dengan kerja lain, seperti menjadi tukang ojeg," kata Dedi.
Menurut Dedi, saat ini sebenarnya tengah memasuki masa-masa panen ikan hingga September nati. Tapi kondisi cuaca dan gelombang tidak memungkinkan mereka untuk melaut.
Sejumlah nelayan yang mencoba melaut pada saat cuaca mulai bagus, terpaksa kembali karena di tengah laut turun hujan disertai angin kencang.
Yang lebih membahayakan adalah gelombang yang mencapai ketinggian antara 2-3 meter. Jika perahu salah posisi, gelombang setinggi itu bisa menjungkirbalikkan perahu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Kundang Sodikin, membenarkan terjadinya cuaca buruk dan gelombang tinggi di pantai Cipatujah.
"Kami meminta nelayan untuk waspada. Bahkan sebaiknya untuk sementara tidak melaut dulu sampai cuaca kembali bersahabat," katanya.
Sejak pantai Pamayangsari dibuka untuk kegiatan nelayan tahun 70-an, kata Kundang, sudah sekitar 65 nelayan tewas akibat tersapu gelombang tinggi serta cuaca buruk.
"Sejumlah relawan bencana sudah berjaga-jaga di sana, sekaligus mengimbau nelayan untuk tidak melaut sementara," ujar Kundang. (sta/stf)