Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Lereng Kendeng Pati Tidak Kepincut Uang Ganti Rugi Untuk Pabrik Semen

"Lebih baik dikelola sendiri. Hasilnya juga dinikmati terus menerus. Sedangkan kalau dijual, hanya sekali saja mendapat uang, setelah itu warga tak p

zoom-in Warga Lereng Kendeng Pati Tidak Kepincut Uang Ganti Rugi Untuk Pabrik Semen
tribunjateng/wahyu sulistyawan
Sejumlah warga berdemo menolak pendirian pabrik semen di kawasan Gunung Kendeng Rembang. Mereka mendesak Gubernur Jateng cabut izin pabrik tersebut. 

TRIBUNNEWS.COM,PATI- Warga di sekitar lereng pegunungan Kendeng, Kabupaten Pati Jawa tengah, menolak rencana pembangunan pabrik semen karena mereka lebih nyaman hidup sebagai petani.

Salah seorang warga Dusun Misik, Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Sapari (52) menolak keras rencana pembangunan pabrik oleh PT Indocement.

Sebelumnya, ia juga menolak pembangunan pabrik Semen Indonesia di Sukolilo.

Uang ganti rugi, masuknya investasi, lapangan kerja dan dampak positif lain tidak menggoyahkan pendirian pria berkumis itu.

Menurutnya, uang ganti rugi tidak akan sebanding dengan hasil yang didapatkannya dari bertani.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kata ayah dua anak itu, pabrik semen hanya memberikan uang ganti rugi Rp 15 ribu per meter bagi lahan pertanian di lereng gunung. Sedangkan areal persawahan hanya dibeli Rp 24.500 per meter.

Pemilik 4 hektare lahan tersebut menerangkan, hasil yang diperolehnya jika mengelola ladang dengan baik, bisa berkalilipat dibandingkan menjual lahan. Selain itu, ia masih tetap mempunyai lahan yang suatu hari bisa dimiliki oleh dua anaknya.

Berita Rekomendasi

Dicontohkan, setiap 4 meter persegi, Sapari bisa menanam empat pohon pepaya. Setiap tahunnya, dari empat pohon pepaya tersebut bisa menghasilkan Rp 100 ribu.

Berdasarkan perhitungan itulah, Sapari tidak akan menjual ladangnya dengan harga berapapun.

"Lebih baik dikelola sendiri. Hasilnya juga dinikmati terus menerus. Sedangkan kalau dijual, hanya sekali saja mendapat uang, setelah itu warga tak punya lagi lahan garapan," jelas dia.

Sebelumnya tetangga Sapari telah menjual 1 hektare ladang di lereng Pegunungan Kendeng. Lahan itu dihargai Rp 50 juta.

"Saat ini uang hasil penjualan itu telah habis dan dia tidak lagi memiliki lahan," sambung Sapari.

Warga Desa Brati, Kecamatan Kayen, Hartoyo mengemukakan hal serupa. Menurutnya, jika lahan pertanian miliknya dikelola, hasilnya jauh lebih besar dibandingkan dijual. Saat ini, ia menanam kacang tanah di lahan pertanian miliknya.

"Panen padi setahun dua kali," ujarnya.

Iming-iming bisa bekerja di pabrik semen, tidak membuatnya tergiur. Ia yakin, tidak semua warga terdampak penambangan semen bisa bekerja di sana.

Untuk dapat bekerja di perusahaan besar, sambungnya, diperlukan kualifikasi pendidikan dan keterampilan.

Di sisi lain, tidak semua penduduk memiliki kualifikasi semacam itu. Sedangkan jika menggarap lahan, masyarakat hanya memerlukan kemauan dan tekun bekerja.

"Karena itu, 99 persen warga Desa Brati, menolak rencana penambangan semen di Pegunungan Kendeng," tegas dia.

Bupati Pati, Haryanto sebelumnya menegaskan, pabrik semen tidak akan mengganggu lahan pertanian, lantaran keseluruhan areal yang akan ditambang merupakan milik Perhutani.
Dengan demikian, tidak akan berdampak banyak pada pertanian di Pati.

Wakil Presiden Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Fransiscus Welirang menjamin tidak akan menggunakan air bawah tanah untuk mendukung kegiatan pabrik semen di Kecamatan Kayen dan Kecamatan Tambak Romo, Kabupaten Pati.

Pemilik merek semen Tiga Roda itu akan menyedot air Sungai Juwana sehingga tidak akan merusak lingkungan pegunungan Kendeng.

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas