Festival Debus Banten Sebagai Alat Perjuangan dan Juga Alat Syiar
“Banten tidak hanya memiliki pesona alam dan keragaman budayanya. Keberadaan Banten telah banyak memberikan kontribusi pada nilai, norma dan wujud fis
TRIBUNNEWS.COM,BANTEN- Potensi pariwisata meniupkan ruh tersendiri bagi Banten.
Setidaknya pesona alam dan keragaman budayanya membuat provinsi di ujuang barat pulau Jawa ini menyimpan eksotika pariwisata yang menarik untuk dijelajahi.
“Banten tidak hanya memiliki pesona alam dan keragaman budayanya. Keberadaan Banten telah banyak memberikan kontribusi pada nilai, norma dan wujud fisik kebudayaan Indonesia. Salah satu kekayaan budayanya adalah Debus. Debus tidak hanya sebagai alat perjuangan di masa penjajahan, melainkan juga bagian dari alat syiar (Islam),” ujar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, DR. H. Sapta Nirwandar, SE dalam sambutan acara ‘Festival Debus Banten 2014’ yang digelar di titik nol Mercusuar, Anyer, Serang Banten, Sabtu (23/8/2014).
Masyarakat Banten, lanjut Sapta, sangat mempertahankan budayanya. Debus adalah salah satu warisan seni budaya lokal yang dapat membingkai kebersamaan.
“Lihatlah tua muda, anak-anak, orang dewasa, dan bahkan lanjut usia ikut terlibat dalam pergelaran ini. Sama-sama ikut mempertahankan budaya adiluhung. Pariwisata memang tidak bisa dilepaskan dari seni budaya. Contoh, masyarakat dunia berkunjung ke Mesir, mau menyaksikan Piramida karena aspek budaya orang Mesir. Orang dari mana-mana mau datang ke Mesir hanya untuk melihat batu,” ujar Sapta melalui rilis yang diterima Tribunnews.
Debus, kata Sapta, merupakan Warisan Budaya Tak Benda yang telah diakui badan dunia UNESCO.
Pengakuan ini menjadi modal promosi ke tataran internasional. Sedangkan ke dalam negeri menjadi tantangan untuk melestarikan dan mengembangkannya.
“Maka jika dikelola dengan baik, pariwisata menjadi penghasil devisa terbesar. Karena mampu menciptakan peluang multi sektor dan multi profesi yang menciptakan nilai ekonomis,” ujarnya.