Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wamen Parekraf : Menjaga Keraton Tetap Menjadi Episentrum Kebudayaan

“Dari interaksi itulah muncul wujud-wujud kebudayaan yang menjadi jejak perjalanan hidup manusia. Jejak-jejak itu kemudian dipelajari, diabstraksi men

zoom-in Wamen Parekraf : Menjaga  Keraton Tetap Menjadi Episentrum Kebudayaan
istimewa
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, DR. H. Sapta Nirwandar, SE bersama kerabat keraton Cirebon 

TRIBUNNEWS.COM,CIREBON - KEBERADAAN keraton sangatlah penting dalam sejarah berdirinya Indonesia dewasa ini.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamen Parekraf), DR. H. Sapta Nirwandar,
mengatakan, keraton dapat memberi karakter budaya yang khas bagi suatu wilayah di mana Keraton tersebut berada.

Segala unsur yang ada di dalamnya menjadi media, bahan dan sekaligus motor penggerak yang menstimulir daya cipta, rasa dan karsa dan melahirkan dinamika kebudayaan.

“Dari interaksi itulah muncul wujud-wujud kebudayaan yang menjadi jejak perjalanan hidup manusia. Jejak-jejak itu kemudian dipelajari, diabstraksi menjadi nilai-nilai yang kemudian berkembang menjadi suatu sistem bermasyarakat,” kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamen Parekraf), DR. H. Sapta Nirwandar, SE kepada wartawan, saat mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Rabu (27/8).

Indonesia, lanjut Sapta Nirwandar, memiliki lanskap kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dari mulai keindahan panorama alamnya, situs sejarah (keraton), artefak, arsitektur, kuliner, karya seni, kerajinan, dan lain-lain.

“Dengan keanekaragaman kebudayaannya, Indonesia mempunyai keunggulan dibanding negara lain. Kekayaan ini dapat kita jadikan industri besar pariwisata. Tentu semua sangat bergantung pada kita sendiri,” kata ungkapnya.

Kunjungan Wamen Parekraf ke Keraton Kasepuhan Cirebon tersebut, menjadi pamungkas lawatannya ke Kabupaten Cirebon dan Kuningan, selama dua hari (26-27/08/2014).

Berita Rekomendasi

Sebelumnya Wamen Parekraf sempat mengunjungi Kampus Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon, untuk menyampaikan Kuliah Umum bagi para mahasiswa Manajemen Perhotelan perguruan tinggi tersebut. Wamen Parekraf disambut rektor Prof. DR. H.A. Djalil Idris S. Drs. MM.

Kunjungan dilanjutkan bertemu Bupati Cirebon, Drs. H. Sunjaya Purwadi Sastra, M.M., M.Si, di Pendopo Kabupaten Cirebon, serta bertemu Bupati Kuningan Hj. Utje Ch. Hamid Suganda, S.Sos. M.AP, di Grage Sangkan Hotel Kuningan.

Keraton Menjadi Sentra Budaya dan Pariwisata

Dalam lawatannya ke Keraton Kasepuhan Cirebon, Sapta Nirwandar disambut Sultan Sepuh XIV, P.R.A. Arief Natadiningrat SE. Wamen Parekraf mengharapkan, agar Keraton tetap dapat menjadi episentrum kebudayaan.

Tradisionalitas dan religiusitas yang telah dirintis oleh pendirinya (Syekh Syarief Hidayatullah : Sunan Gunung Jati), kata Sapta, terbukti telah menjadi dinamika budaya dan pranata sosial masyarakat di sekitarnya.

“Sunan Gunung Jati itu sangat berpengaruh di dunia (Islam). Keraton Kasepuhan sebagai warisannya tetap harus eksis menjadi sentra budaya. Tidak terbatas pada spektrum administratif bersifat lokal dan sektoral.Meskipun marwahnya tetap akan mewarnai Provinsi Jawa Barat, khususnya Cirebon, Kuningan dan sekitarnya. Bahkan bila kita tilik sejarah, wilayah kesultanannya mencapai Brebes, Indramayu, Jakarta dan Banten,” ujar Sapta.

Keraton sebagai warisan budaya, lanjut Sapta, harus menjadi sumber inspirasi yang kreatif dan produktif.

Selain potensi alamnya, kuliner, seni pertunjukan dan kerajinan yang dapat menjadi sumber inspirasi dan andalan, bagi sektor pariwisata Kabupaten Cirebon.

"Cirebon memiliki ciri khas yang tak dimiliki daerah lain,” tegasnya.

Potensi lain, menurut Sapta, kuliner Cirebon yang sangat lengkap. “Untuk hidangan pembuka ada Tahu Gejrot, untuk hidangan utama ada Nasi Jamblang, Empal Gentong, Nasi Lengko dan lain-lain. Untuk hidangan penutup ada Mangga Gedong Gincu. Belum lagi aneka wedang yang menjadi minumannya bersama aneka cemilan khas Cirebon sebagai pendamping,” ujarnya.

Kekayaan budaya dan potensi pariwisata ini, harap Sapta, agar tetap terpelihara. “Kita harus pelihara benda-benda budaya ini. Kita jaga secara turun-temurun, dari generasi ke generasi.

Kemudian kita isi dengan energi kreatif, dikembangkan, terus berinovasi. Menciptakan produk budaya yang menghasilkan untuk memajukan kemanusiaaan. Dengan begitu, seniman, pengrajin dan masyarakat luas adalah bagian yang banyak menerima dampak manfaat produktivitas ini,” paparnya

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas