Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perjuangan Nenek Usia 60 Tahun Mengajar di Wilayah Terpencil

Meskipun diakuinya, saat itu dalam keadaan kurang sehat, sakit gigi pada beberapa hari terakhir.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Perjuangan Nenek Usia 60 Tahun Mengajar di Wilayah Terpencil
TRIBUNSUMSEL.COM/ANDI AGUS TRIYONO
Murid Sekolah Dasar Negeri Riding III Sungai Rasau di provinsi Sumatera Selatan tanpa beralas kaki bermain duduk-duduk di pagar bangunan sekolah. Mereka tak pernah memakai alas kaki bahkan hanya memakai baju kaos ketika bersekolah. 
TRIBUNNEWS.COM, KAYUAGUNG - Wanita ini memiliki sebelas cucu. Umurnya ia sudah tak ingat. Tetapi ia memastikan lebih dari enam puluh tahun. Itu katanya. Di umur yang sudah uzur itu, ia masih semangat mengajar anak SD Negeri Riding III, Desa Riding Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten OKI Sumatera Selatan.
Buktinya, pada hari itu ketika Tribun Sumsel menyambangi sekolahan untuk yang ke dua kalinya, ia tengah mengajari puluhan murid SD Negeri Riding III Sungai Rasau. 
Meskipun diakuinya, saat itu dalam keadaan kurang sehat, sakit gigi pada beberapa hari terakhir.
Terpaksa juga, beberapa waktu lalu murid yang sudah menunggunya untuk belajar, kecewa. Sebab saat itu ia masih sakit hingga terpaksa membuatnya tak bisa mengajar.
Jarak tempat tinggal ke sekolahan, satu kolometer lebih. Tiap hari, ia berjalan kaki ke sekolahan tersebut. Solbiah tidak berpikir untuk berhenti mengajar saat ini. Sebab, kini hanya dia satu-satunya guru yang mengajar di SD tersebut. 
Memang, diakui dia, ada satu guru honor yang mengajar sejak 2010 lalu, tapi saat ini sudah jarang berangkat.
Guru itu, kata Solbiah, mungkin dalam satu bulan hanya berangkat satu hari saja. Selebihnya ia tidak mengetahui apa aktivitasnya selama tidak mengajar.
Padahal, ia mengaku sangat terbantu dengan kehadiran guru tersebut. Minimal, ketika ia tidak bisa mengajar karena sakit, ada penggantinya. Muridpun masih bisa tetap terus belajar.
"Bisa fokus juga. selama ini kalau ada dia, saya mengajar kelas 1 sampai 4, dia lima dan enam. Jadi bisa fokus mengajarnya," ujarnya.
Kini, ia sendiri lagi yang harus mengajar semua siswa. Banyak sudah anak didiknya yang minimal lulus SMA, tapi ia heran tidak mau mengabdi bagi kampungnya.
"Mungkin karena gajinya kecil mereka gak mau. Tapi kalau saya enggak ngajar, siapa lagi yang mau ngajar anak-anak? Saya kasian sama mereka. Jadi gak ada pikiran untuk berhenti mengajar," ujarnya ketika dikunjungi Tribun di rumah panggungnya itu.
Ia berharap anak-anak didiknya bisa belajar dengan rajin meskipun dengan keterbatasan yang ada. Berharap pula, anak didiknya bisa berpendidikan, tidak bodoh dan bisa mengembangkan kampung halamannya tersebut.

Sumber: Tribun Sumsel
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas