Pasar Wado Sumedang Ludes Terbakar
Tati Sumyati (38) hanya bisa menatap nanar kios kelontongan yang ada di pasar tradisonal Wado yang terbakar hebat, Selasa (2/9).
Editor: Sugiyarto
SUMEDANG, TRIBUN – Tati Sumyati (38) hanya bisa menatap nanar kios kelontongan yang ada di pasar tradisonal Wado yang terbakar hebat, Selasa (2/9).
Pedagang kelontongan asal Desa Cikareo itu harus kehilangan semua dagangannya karena pasar tradisional Wado yang berada di pinggir jalan Sumedang-Wado di Blok Kaum/Pasar, Desa/Kecamatan Wado ludes terbakar, Selasa (2/9) sekitar pukul 01.30.
Di pasar seluas 4.532 meter persegi itu ada 224 kios yang ludes terbakar. “Saya dikabari saat sedang tidur kalau pasar Wado terbakar lagi. Saya lemas,” kata Tati yang mengaku menderita kerugian Rp 60 juta dari barang yang terbakar.
Ia mengaku, para pedagang Wado itu barus saja mau bangkit karena dua tahun sebelumnya juga pasar ini terbakar.
“Dua tahun lalu 2012 pasar Wado terbakar dengan hari dan tanggal yang sam ahanya beda bulan saja, dulu Januari. Kebakaran dulu saya menderita kerugian Rp 70 juta,” katanya.
Hal senada diungkapkan Nunung Mulyati (42) peganag emas dan perak. “Saya baru belanja perhiasan emas dan perak mencapai Rp 50 jutaan kemudian hari ini malah terbakar habis,” katanya dengan suara tercekat.
Rata-rata pemilik kios baru mendapat pasokan barang baru karena awal bulan. Bahkan ada pedagang daging yang baru mendapat kiriman daging dalam jumlah besar pada pukul 23.00 dan diharinya harus kehilangan dagangannya karena terbakar. Kebanyakan kerugian pedagang rata-rata Rp 100-300 juta.
Sementara itu empat kios pedagang emas perhiasan juga harus mengangkut brangkas berisi perhiasan emas yang kemungkinan meleleh. Untuk menjaga kios emas itu beberap petugas polisi berjaga-jaga.
Para pemilik kios berupaya mencari barang yang bisa diselamatkan saat petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air dari empat mobil damkar. Sejak subuh empat armada damkar ini bolak-balik mengambil air dari Sungai Cimanuk tang berjarak 700 meter dari pasar.
Kebakaran pasar Wado ini berlangsung sangat cepat dan api seperti mengepung kios-kios pasar. Atap pasar tidak terbakar karena gentingya dari metal atai metalroof. Sehingga api berputardai dalam deretan kios-kios.
“Saat sedang mengobrol di tukang bubur yang berada di depan pasar terdengar ada suara benda patah kemudian terlihat ada api di dalam pasar,” kata Riswandi (38) seorang pedagang counter ponsel.
Api kemudian membesar dab listrik langsung padam. “Listrik padam dan terdengar teriakan kebakaran-kebakaran. Saya langsung lari ke kios saya,” kata Ode Suherman (43) pedagang buah-buahan yang losnya berada paling belakang.
Menurutnya, warga berusaha memadamkan api dan menyelamatkan barang dagangan. “Tapi api sangat cepat, kios saya yang berada paling belakang saja cepat terbakarnya dan enam kuintal pisang yang baru dibeli terbakar termasuk gula merah dan juga buah-buahan hasil bumi lainnya,” kata Ode yang rumahnya berada di belakang pasar. Api berhasil dipadamkan seluruhnya sekitar pukul 12.00. (std)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.